Hujan deras dalam beberapa hari ini di wilayah Kabupaten Landak membuat muka air sungai Landak yang melintasi Kecamatan Kuala Behe meluap. Akibanya, sebuah jembatan gantung di Dusun Sejaya Desa Kuala Behe tak bisa dilalui sejak Kamis (9/3).
Material dan sampah batang pohon yang terbawa arus deras sungai menyangkut di tengah jembatan gantung di Dusun Sejaya tersebut. Jembatan pun tak bisa dilalui oleh warga.
Kepala Desa Kuala Behe Gregorius Wibowo saat dikonfirmasi Pontianak Post, Jumat (10/3) membenarkan hal tersebut. Jembatan gantung tersebut kerap diterjang luapan sungai. Meski begitu, untuk menyeberang ke pusat kecamatan, warga dapat menggunakan jembatan baru yang berada tak jauh dari jembatan lama.
“Kondisi jembatan tersebut sudah sejak lama roboh. Ada tiang pilon yang patah. Ketika air sungai tinggi, sampah seringkali menyangkut,” ungkapnya.
Camat Kuala Behe, Richy mengatakan, hingga saat ini dua desa di bantaran sungai terendam banjir. Dua desa tersebut yakni Desa Angkanyar dan Desa Kuala Behe. “Warga yang berada di bantaran Sungai Landak yang pertama kali terdampak banjir,” ungkapnya di Kuala Behe.
Ia mengatakan, jika curah hujan tinggi muka air sungai akan meluap. Titik-titik banjir berada di bantaran sungai. “Karena alam, banjir karena curah hujan tinggi,” ungkapnya.
Ditanya soal jembatan di Dusun Sejaya, Camat mengatakan, kondisi jembatan memang sudah rusak sejak lama. Rusaknya jembatan juga akibat banjir beberapa tahun lalu. Untuk itu, pemerintah pun sudah membangun jembatan baru tak jauh dari lokasi jembatan.
“Pemerintah sudah membangun jembatan permanen di hulu sungai yang bisa dilalui masyarakat. Jaraknya sekitar 100 m dari jembatan lama,” jelasnya.(mif)
