Penanganan Stunting, Pakai Sistem Jemput Bola

- Sabtu, 22 Oktober 2022 | 10:25 WIB
Pemberian PMT kepada ibu hamil KEK yang diantar hingga ke rumah. (Dok Desa Serdam)
Pemberian PMT kepada ibu hamil KEK yang diantar hingga ke rumah. (Dok Desa Serdam)

Penanganan stunting memang perlu dukungan dan keterlibatan dari banyak pihak, pemerintah desa dan tenaga kesehatan setempat menjadi pihak yang paling dekat dan berhubungan langsung dengan warga.

Khairul Anwar, Kepala Desa Sungai Raya Dalam, mengatakan sejak adanya pandemi, masalah perekonomian pada masyarakat meningkat, dana desa pun dipangkas untuk penanganan Covid-19. Namun ia tetap berupaya bagaimana desanya bisa menekan angka stunting menjadi sekecil mungkin.

Dengan anggaran yang ada dan bantuan dari pihak eksternal ia coba berbagai cara, salah satunya pembuatan MCK sebanyak 30 unit di rumah warga yang fasilitas sanitasinya masih buruk. Desanya juga mendapat bantuan pemenuhan air bersih sebanyak 60 galon belum lama ini.

“Serendah-rendahnya ekonomi masyarakat di sini, mereka masih ada lahan yang bisa digarap. Bisa menanam singkong, jahe, semangka dan yang lainnya. Jadi mereka juga bisa mandiri dalam pemenuhan asupan makanan di tengah kondisi ekonomi seperti saat ini,” jelas Khairul.

Koordinasi dengan pihak TP. PKK lewat pokja 4 bagian kesehatan serta pihak puskesmas tetap dilakukan dengan gencar. Semua pihak proaktif dalam ‘mengejar bola’.

Ada beberapa program yang telah dijalankan oleh Puskesmas KORPRI Kubu Raya dalam penanganan kasus stunting di desanya.

Dikatakan Arni Astuti selaku Kepala Puskesmas, ada tiga program yang telah dijalankan. Pertama adalah penyuluhan gizi dan pemberian tablet tambah darah pada remaja putri, agar nanti apabila mereka sudah boleh menikah bisa memberikan keturunan yang baik.

Kedua, pemantauan atau pemberian PMT kepada ibu hamil KEK yang telah dimulai dari awal Oktober ini sebagai pencegahan stunting. Ibu hamil KEK di Desa Serdam ada tujuh orang. Mereka diberikan makanan tambahan selama 90 hari setiap hari.

“Kami mengusahakan makanan diantar sampai ke rumah setiap harinya selama 90 hari. Menunya diatur setiap sepuluh hari sekali, sesuai takaran gizi yang baik,” jelasnya.

Ketiga, pemantauan dan edukasi gizi pada balita stunting, seperti pemberian PMT yang bekerja sama dengan pokja 4 untuk koordinasi di lapangan.

Pelayanan posyandu diadakan rutin sebulan sekali, ada 15 posyandu dan 75 kader yang memberikan pelayanannya ke masyarakat. Di posyandu, bayi dan balita ditimbang, diukur dan konsultasi berkala dan disediakan PMT.

Proaktif jemput bola, posyandu Serdam mengadakan kunjungan rumah. Sebulan sekali ibu-ibu hamil dan yang mempunyai bayi dan balita yang tidak sempat ke posyandu dikunjungi oleh pihak kader, dengan membawa alat timbang dan ukur ke rumah.

Dalam penanganan stunting, peran kader posyandu sangat penting. Butuh pendekatan yang baik terhadap masyarakat. Tantangan kader adalah memberikan pemahaman dan kesadaran kepada warga.

“Kadang kami ke lapangan untuk memberikan PMT tidak bilang untuk anak stunting, kadang-kadang bilangnya bingkisan, karena ada sebagian yang tidak terima anaknya dibilang stunting,” ujar Neliyana.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Balap Liar Mulai Resahkan Warga Sukadana

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB

Pj Gubernur Kalbar Sidak Pegawai Usai Libur Lebaran

Selasa, 16 April 2024 | 09:12 WIB

Warga Ngabang Keluhkan Tarif PDAM Naik Drastis

Senin, 15 April 2024 | 14:30 WIB

Polres Sintang Cegah Praktik Kecurangan di SPBU

Selasa, 9 April 2024 | 09:27 WIB

Ismail Jadi Pj Bupati Mempawah, Gantikan Herlina

Minggu, 7 April 2024 | 11:15 WIB
X