Melihat Sarawak yang Bangkit Usai Pandemi, Wisata Alam Menggeliat, Dari Gua Kapur Hingga Danau Bekas Tambang Emas

- Senin, 25 Juli 2022 | 13:06 WIB
Fairy Cave, salah satu wisata andalan di Bau, Kuching yang jaraknya hanya 15 kilometer dari Jagoi Babang, Indonesia. foto Shando Safela
Fairy Cave, salah satu wisata andalan di Bau, Kuching yang jaraknya hanya 15 kilometer dari Jagoi Babang, Indonesia. foto Shando Safela

KUCHING- Tak hanya jadi tujuan medical tourism, Kuching dan seluruh wilayah di Sarawak, Malaysia juga dikenal dengan wisata alamnya yang indah dan beragam. Mulai dari sungai, pantai, danau hingga gunung dan gua, menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara. Lantas seperti apa kondisi pariwisata di sana setelah pandemi?

Beberapa hari berada di pusat Kota Kuching, kita akan sangat mudah menemui banyak wisatawan asing. Baik di hotel-hotel, sampai di jalanan, wisatawan asing begitu mudah dijumpai. Tak hanya orang-orang dari benua Asia tapi juga Eropa, Australia dan Amerika. 

Kondisi ini terjadi hanya dalam waktu sekitar tiga bulan. Sejak pintu perbatasan dan penerbangan internasional dibuka pada 1 April lalu, pariwisata Sarawak langsung bangkit. Sebagai daerah tujuan wisata, Sarawak mulai menuju normal seperti tahun-tahun sebelum pandemi terjadi.

Bukan hanya di pusat Kota Kuching, objek-objek wisata yang tersebar di Sarawak juga mulai ramai. Bahkan banyak tempat wisata baru atau tampilan baru dari objek wisata yang sudah ada. Selama dua tahun pandemi, Sarawak ternyata tetap bebenah untuk menyambut para wisatawan mancanegara kembali berkunjung setelah pandemi usai. 

Salah satu tempat yang Pontianak Post sempat kunjungi adalah Fairy Caves atau lebih dikenal dengan nama Gua Peri. Tempat ini sangat cocok bagi pelancongyang berjiwapetualang. Di dalam gua batu kapur itu, pengunjung bisamerasakan atmosferyang berbeda dengan udara dingin dan bau yang khas.

Objek wisata ini berada di Kuching, Sarawak, tepatnya di daerah Bau. Mengendarai mobil,hanya butuh waktu sekira satu jam,dengan jarak tempuh sekitar 50 kilometer daripusat kotaKuching.

Untuk tiket masuk ke Gua Peri, khusus wisatawan asing dikenakan tarif Ringgit Malaysia (RM) 5 per orang dewasadan RM2 bagianak-anak usia 6 hingga 18 tahun. Sementara anak-anak usia nolhingga lima tahun gratis. Sebelum memasuki gua, para pengunjung disarankan mengenakan sepatu sneaker yang tidak licin. Namunjika tidak membawa sepatu, pengunjungtakperlu khawatir. Di sana disediakan penyewaan sepatu karet dengan tarif RM3 per orang. Selain itu, pegunjung disarankanberbekal senter untuk penerangan saat masuk ke dalam atau bisa juga menggunakan senter dari handphone.

Pemandu wisata asal KuchingKarel, seorangmenjelaskan, Gua Periyang dikelola di bawahSarawak Forestry Corporation itu merupakan satu di antara gua yang ada di Sarawak dengan ketinggianmencapai400 meter. Gua itumenjulang tinggi dihiasi dengan berbagai jenis flora terutama pakis dan bebatuan yang tertutup lumut. Pengunjung yang ingin menjelajahi gua ini, akan melalui beberapa anak tangga dan menapaki jalan setapak. Di dalamnya terdapat stalaktit dan stalakmit serta pilar-pilar.

“Keunikan Gua Peri, adanya semacam bentuk batu-batuan yang menyerupai Guan Yin atau Dewi Kwan Im, ada juga yang berbentuk seperti manusia dan binatang, seperti buaya,” ungkapnya, Sabtu (23/7). 

Selain itu, menurut dia, gua tersebut jugamenjadi habitat kelelawar. Ketika masuk di dalamnya, terlihat sekelompok kelelawar yang bergantungan. Tak hanya itu, gua ini juga menjadi surga para pemanjat tebing. Banyak tempat untuk pemanjat tebing berlatih di sana.
“Bagi pemanjat tebing yang ingin memacu adrenalin, bisa melakukannya di Gua Peri,” katanya.

Salah satu warga asal Pontianak yang berkunjung ke sana, Dino mengaku baru pertama kali merasakan masuk ke dalam gua. Apalagi gua tersebut cukup besar. Selama berada di dalam,ia mengakuiudara gua terasa sejuk. Selain indah dan unik, gua peri menurutnya sangat eksotis.“Ada sensai luar biasa ketika berada di dalam gua ini karena kita bisa melihat isi dalam gua dengan stalakmit dan stalaktit serta bebatuanyang menyerupai manusia atau binatang,” terangnya.

Selain gua, tak jauh dari sana juga ada wisata berupa danau buatan bekas pertambangan emas. Namanya Tasik Biru yang masih berada di daerah Bau. Tasik Birumerupakan resor wisata bertema danau. Nama Tasik Biru kurang lebih juga berartidanau biru karena airnya yang biru.

Dari penjelasan Karel, danau ituterbentuk oleh bekas penambangan emaszaman dulu. Karena sudah tidak difungsikan lagi, pemilik mengembangkannya menjadi resor wisata air. Resor yang baru saja dibangun di Bau, Sarawak ini menawarkan keindahan air danau buatan berwarna biru dengan hotel terapung di atasnya.

Pengunjung bisa menginap di Hotel Roxy Tasik Biru dengan pilihan tipe kamar. Harganya mulai dari RM235 hingga RM352. Untuk jam operasionalnya sendirimulai pukul 10.00 hingga 18.00 waktu setempat.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Polres Landak Fokus Pencegahan Aktivitas PETI

Rabu, 24 April 2024 | 11:30 WIB

Erlina Optimis Mempawah Semakin Maju

Senin, 22 April 2024 | 09:15 WIB
X