Warga Sakit Harus Digotong, Sungkung Butuh Fasilitas Kesehatan

- Senin, 25 Juli 2022 | 13:01 WIB
JEMBATAN BAMBU: Warga Dusun Medeng, Desa Sungkung II, Kecamatan Siding, Bengkayang menggunakan jembatan bambu sebagai sarana penyeberangan sekaligus penghubung dari satu tempat ke tempat lainnya. Minimnya infrastruktur jalan dan jembatan di desa dikeluhkan warga. (ARIEF NUGROHO/PONTIANAK POST)
JEMBATAN BAMBU: Warga Dusun Medeng, Desa Sungkung II, Kecamatan Siding, Bengkayang menggunakan jembatan bambu sebagai sarana penyeberangan sekaligus penghubung dari satu tempat ke tempat lainnya. Minimnya infrastruktur jalan dan jembatan di desa dikeluhkan warga. (ARIEF NUGROHO/PONTIANAK POST)

“Menderita kami, Pak. Sedih kami sebenarnya menjadi orang Sungkung,” ungkapan itu tiba-tiba keluar dari Sujianto, Kepala Desa Sungkung III. Ungkapan itu seolah-olah mewakili perasaan warganya.

Arief Nugroho, Sungkung

SECARA geografis, Desa Sungkung III berada di kaki Gunung Sinjakng, Kabupaten Bengkayang. Keterbatasan akses jalan membuat desa ini terisolasi. Untuk keluar dari desa, warga harus melewati atau menggunakan jalan kabupaten lain, seperti jalan menuju Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau. 

Sedangkan untuk akses menuju kota Kabupaten (Bengkayang), warga harus melewati jalan yang medannya lebih berat. Terlepas dari kondisi tersebut, Sungkung sedikit lebih maju dalam fasilitas atau sarana prasarana pendidikan dan kesehatan.

Sungkung telah memiliki gedung sekolah, dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Jadi, warga desa tidak perlu repot-repot datang ke kota untuk mengenyam pendidikan sembilan tahun.

Sedangkan untuk sarana dan fasilitas kesehatan, Desa Sungkung telah memiliki pustu (puskesmas pembantu) dan polindes (pondok bersalin desa), dengan dibantu tenaga kesehatan, perawat dan bidan.

“Untuk sarana pendidikan dan kesehatan, di sini sudah ada. Ada perawat dan bidan yang memang asli orang sini,” kata Sujianto.

“Hanya saja belum ada dokter,” sambungnya.

Kendati sarana dan tenaga kesehatan sudah ada, semuanya masih jauh dari kata layak. Terutama jika ada warga yang sakit dan harus dirujuk ke rumah sakit di kota. Warga akan bergotong-royong mengantar orang tersebut. Mereka berjalan kaki hingga berjam-jam sambil menggotong pasien.

Perjalanan kemudian dilanjutkan lagi menggunakan perahu menuju Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau untuk mendapatkan ambulans.  Alur sungai yang dilewati pun cukup menantang karena harus melewati riam. Lama perjalanan menggunakan perahu sekitar dua hingga empat jam. 

“Jika ada orang sakit, harus digotong pakai tenaga manusia. Ini yang kami minta dengan pemerintah. Menderita kami, Pak. Sedih kami sebenarnya menjadi orang Sungkung. Kami tidak punya jalan,” bebernya.

Plt Kepala Puskesmas Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, dr Mario Teswara Lobo mengatakan, sarana dan fasilitas kesehatan menjadi kebutuhan dasar bagi warga Desa Sungkung.

Faskes yang sudah ada di antaranya polindes di Desa Sungkung II, dan Desa Sungkung I. Sedangkan untuk Desa Sungkung III, selain polindes, ada juga pustu.

“Sebenarnya kami sudah berupaya, setiap desa ada petugas kesehatan. Tapi dengan konsentrasi penduduk yang terlalu padat dan banyak, tenaga kesehatan kami tidak cukup,” kata Lobo.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Polres Landak Fokus Pencegahan Aktivitas PETI

Rabu, 24 April 2024 | 11:30 WIB

Erlina Optimis Mempawah Semakin Maju

Senin, 22 April 2024 | 09:15 WIB

Balap Liar Mulai Resahkan Warga Sukadana

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB

Pj Gubernur Kalbar Sidak Pegawai Usai Libur Lebaran

Selasa, 16 April 2024 | 09:12 WIB

Warga Ngabang Keluhkan Tarif PDAM Naik Drastis

Senin, 15 April 2024 | 14:30 WIB
X