Ribuan Ikan Mati Mendadak, Sungai Sepatah dan Retok Tercemar Limbah Sawit

- Rabu, 20 April 2022 | 14:17 WIB
DAMPAK PENCEMARAN: Aktivis Walhi Hendrikus Adam bersama Kades Retok Sahidin menunjukkan ikan yang mati di Sungai Retok, Kecamatan Kuala Mandor, Kabupaten Kubu Raya, Minggu (17/4). (IST)
DAMPAK PENCEMARAN: Aktivis Walhi Hendrikus Adam bersama Kades Retok Sahidin menunjukkan ikan yang mati di Sungai Retok, Kecamatan Kuala Mandor, Kabupaten Kubu Raya, Minggu (17/4). (IST)

Limbah pabrik sawit diduga mencemari Sungai Sepatah di Desa Agak, Kecamatan Sebangki, Kabupaten Landak dan Sungai Retok di Desa Retok, Kecamatan Kuala Mandor, Kabupaten Kubu Raya sejak Jumat (15/4). Air Sungai Retok berubah hitam dan mengeluarkan bau amis. Beberapa jenis ikan mati dan mengapung di atas sungai, termasuk arwana yang dilindungi.

Beberapa warga juga kini mengidap penyakit kulit dan diare. Warga terpaksa menggunakan air yang tercemar karena sungai tersebut memang selama ini menjadi urat nadi kehidupan mereka. Mau tak mau mereka tetap menggunakannya untuk mandi dan cuci.

Kematian aneka jenis ikan di Sungai Retok tersebut pertama kali diketahui pada Jumat (15/4). Ikan-ikan didapati mati dengan cara yang tidak biasa.

“Ini sudah dari Jumat (15/4) kemarin. Banyak ikan yang mati. Kematian seperti ini cenderung aneh dan di luar kebiasaan,” kata Kepala Desa Retok Sahidin saat menyusuri Sungai Retok hingga ke Sungai Sepatah bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Minggu (17/4).

Melihat kejadian itu, dirinya bersama tim pun kemudian menelusuri Sungai Retok dengan melewati Kuala Mamparigang, Taluk Paten, Gadah, Bator hingga Sungai Sepatah di Kabupaten Landak pada Minggu, 17 April 2022.

Dalam perjalanan itu, rombongan melihat  sejumlah ikan mati tampak mengapung. Di antaranya ikan baung, tilan, tamparas dan ada pula ikan buntal. Menurut Sahidin, selain ikan yang disebutkan, juga ada jenis ikan lainnya yang mati, seperti tingadak, kilabo, tapah, udang, baung tikus, belut, bintutu, jelawat, ringau, kaloi, lais, sengarat, banga, babungalan, hingga siluk atau arwana.

Sahidin mengatakan, kematian ikan-ikan di sepanjang Sungai Retok dan sekitarnya itu bukan karena racun ikan, melainkan karena pencemaran limbah sawit.

“Saya pastikan ini bukan disebabkan racun ikan. Karena dari ciri-ciri air, air sungai keruh, berbeda jika disebabkan racun ikan. Selain itu, air sungai juga mengandung minyak,” bebernya.

Sahidin menduga ada kebocoran kolam penampungan limbah pabrik sawit PT SMS yang terletak di hulu sungai. Menurut dia, kejadian serupa sudah pernah terjadi tahun 2015 dan 2019. Penampungan limbah pabrik sawit tersebut diduga pernah mengalami kebocoran, mencemari sungai dan menyebabkan sejumlah ikan mati.

“Kolam penampungan sawit ini memang letaknya ada di Kabupaten Landak. Tapi aliran sungainya hingga ke Retok. Sejak saya menjadi kades, kejadian ini sudah tiga kali terjadi. Pertama di tahun 2015, 2019, dan sekarang tahun 2022. Tahun ini yang terparah, ratusan hingga ribuan ekor ikan mati,” katanya.

Sahidin mengatakan, akibat peristiwa tersebut, warga Desa Retok dan sekitarnya sangat dirugikan.

“Kami minta agar ada solusi dari perusahaan untuk memastikan limbahnya tidak berbahaya. Karena warga Retok dan sekitarnya tidak bisa menggunakan untuk mandi, cuci dan konsumsi. Masyarakat sangat dirugikan dan di antaranya ada yang kena diare,” harap Sahidin.

Baca Juga :  Ajak Budidayakan Ikan Air Tawar

Ia menilai pihak perusahaan telah abai dengan kewajibannya. Mestinya, kata dia, pengelolaan dan pendirian pabrik harus sesuai dengan standar lingkungan hidup. Selama ini, pihaknya di Retok tidak pernah dilibatkan dalam pembahasan Amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) berdirinya pabrik. Sementara saat mengalami kebocoran, justru warganya yang mendapat masalah karena limbah mengalir hingga ke Sungai Retok.

“Akibatnya aneka jenis ikan di sungai mati, di antaranya ikan arwana merah dan arwana silver. Padahal jenis ikan ini dilindungi,” tambahnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Polres Landak Fokus Pencegahan Aktivitas PETI

Rabu, 24 April 2024 | 11:30 WIB

Erlina Optimis Mempawah Semakin Maju

Senin, 22 April 2024 | 09:15 WIB
X