DERITANNYAAAA....!! Warga Pontianak Antre Minyak Goreng Sejak Subuh

- Sabtu, 12 Maret 2022 | 13:08 WIB
ANTRE MIGOR: Warga Kota Pontianak rela mengantre dan berdesak-desakan demi mendapatkan minyak goreng dengan harga murah di Pasar Flamboyan, Pontianak, Kamis (10/3) pagi. (ARIEF NUGROHO/PONTIANAK POST)
ANTRE MIGOR: Warga Kota Pontianak rela mengantre dan berdesak-desakan demi mendapatkan minyak goreng dengan harga murah di Pasar Flamboyan, Pontianak, Kamis (10/3) pagi. (ARIEF NUGROHO/PONTIANAK POST)

Antrean panjang mewarnai pasar murah minyak goreng di Pasar Flamboyan, Jalan Gajah Mada, Pontianak, Kamis (10/3), pagi. Mereka bahkan rela mengantre sejak subuh, untuk bisa mendapatkan minyak goreng curah dengan harga murah.

Mahfud adalah satu di antaranya. Warga Kota Baru ini harus rela mengantre sejak pukul 05.00 pagi untuk bisa mendapatkan minyak goreng murah tersebut.

Menurutnya, saat ini dirinya kesulitan untuk mendapatkan minyak goreng di pasaran. Kalau pun ada, kata dia, pembeliannya dibatasi. Satu orang hanya bisa membeli dua liter. Namun demikian, ia mengaku kerap tidak kebagian. 

“Agak sulit memang. Di supermarket pun untuk pembelian dibatasi, satu orang hanya boleh membeli 2 liter. Kadang-kadang tidak dapat. Tidak kebagian,” kata Mahfud.

Painah, Warga Jalan Husin Hamzah, Gang Hasanah, Pontianak Barat, juga mengalami nasib serupa. Dirinya rela mengantre sejak pukul 06.00 demi untuk bisa mendapatkan lima liter minyak goreng curah dengan harga murah. “Alhamdulillah sudah dapat. Saya antre dari jam 06.00 pagi, “ kata Painah.

Dirinya rela mengantre karena memang saat ini sulit mendapatkan minyak goreng di pasaran. Bahkan menurut dia, beberapa swalayan yang biasanya menyediakan minyak goreng pun kehabisan stok. “Beberapa bulan terakhir ini memang sulit dapatkan minyak goreng. Di toko maupun swalayan pun habis,” kata dia.

Baca Juga :  Hari Pertama Babak Penyisihan Kategori Anak dan Remaja

Senada juga diungkapkan Ruslan, warga Jalan Purnama. Dirinya rela tidak bekerja untuk bisa mengantre mendapatkan minyak goreng demi memenuhi kebutuhan dapur keluarganya.

“Hari ini saya sampai tidak kerja karena harus mengantre minyak goreng. Mau gimana lagi, karena minyak goreng benar-benar susah dicari,” bebernya. Ruslan khawatir, kondisi seperti ini akan berlanjut hingga bulan Ramadan mendatang.  “Yang penting barang ada. Kalau pun harus mengantre, berpanas-panasan tidak apa-apa,” katanya.

Selain, Mahfud, Painah dan Ruslan, nasib serupa juga dialami Soraya. Ibu 48 tahun itu juga harus mengantre sejak pukul 07.30. Warga Jalan Vereran ini mengaku, minyak goreng menjadi bahan dasar untuk keberlangsungan usahanya.  “Saya jualan kue. Jadi memang butuh sekali minyak goreng,” katanya. Selama ini, kata Soraya, ia membeli minyak goreng di toko langganannya. Hanya saja harga tinggi, Rp18.000 per liter. “Kalau yang di sini kan Rp11.500 per liter. Jadilah bisa hemat beberapa ribu,” akunya.

Dalam sehari, untuk kebutuhan usahannya, setidaknya ia menghabiskan tiga liter minyak goreng. “Jadi ini cukup untuk dua hari,” sambungnya.

Soraya berharap pemerintah bisa mengatasi kelangkaan minyak goreng yang terjadi saat ini. “Kalau nggak ada minyak goreng, saya mau jualan apa?” katanya. Sementara itu Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontianak Junaidi mengatakan, persoalan kelangkaan minyak goreng saat ini terjadi tidak hanya di Kota Pontianak. Bahkan sudah menjadi isu global.

Untuk mengantisipasi kelangkaan minyak goreng tersebut, pihaknya bersama produsen minyak goreng Wilmar, mengadakan pasar murah di beberapa titik, di antaranya Pasar Flamboyan, Pasar Kemuning, Pasar Kenanga, Pasar Teratai dan Pasar Puring.

“Untuk hari ini di Pasar Flamboyan, kami siapkan 7.000 liter minyak goreng,” kata Junaidi. Diakui Junaidi, fenomena panic buying menjadi pemicu hilangnya minyak goreng di pasaran. Padahal, menurut dia, ketersediaan minyak goreng cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya di Kota Pontianak. “Kami sudah berkoordinasi dengan provinsi dan pihak produsen satu-satunya di Kalbar, Wilmar. Stok itu ada,” katanya.

Hanya saja menurutnya, untuk merek-merek tertentu belum mengikuti Harga Eceran Tertinggi (HET) yang tetapkan oleh pemerintah. Sehingga perbedaan harga tersebut juga menjadi persoalan tersendiri.

Dikatakan Junaidi, dari 7.000 liter minyak goreng yang disediakan tersebut bisa memenuhi sekitar 1.200 KK, dengan masing-masing kepala keluarga mendapatkan lima liter.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X