Kedelai Naik 30 Persen, Tempe Tahu di Pontianak Makin Tipis

- Selasa, 8 Maret 2022 | 10:09 WIB
MELONJAK TINGGI: Seorang perajin menyiapkan kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe. Melonjaknya harga kedelai impor membuat para perajin terpaksa mengurangi ukuran tahu dan tempe. (Antara Foto/Prasetia Fauzani)
MELONJAK TINGGI: Seorang perajin menyiapkan kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe. Melonjaknya harga kedelai impor membuat para perajin terpaksa mengurangi ukuran tahu dan tempe. (Antara Foto/Prasetia Fauzani)

Perkembangan situasi global membuat sejumlah komoditas pangan di Kalimantan Barat terimbas. Salah satunya adalah kacang kedelai yang melambung hingga nyaris tembus Rp13.000an per kilogram. “Saat ini harga kedelai adalah Rp12.400 hingga Rp12.600 per kilogramnya. Sedikit lagi menyentuh rekor beberapa tahun lalu, saat kenaikan dolar dan perang dagang Amerika Serikat-China,” ujar Andreas Eko, salag seorang pemasok kacang kedelai di Pontianak, (6/3).

Lanjut dia, harga kedelai saat ini mengalami kenaikan hingga 30an persen. Harganya Rp12.000an per kilogram naik dari sebelumnya Rp9.000an per kilogram pada awal tahun ini. Dia menjelaskan bahwa kondisi yang ada berdampak pada menurunnya permintaan bahan utama pembuatan tahu dan tempe itu. 

“Kita berharap harga kembali stabil dan pasokan berjalan lancar,” katanya. Menurut dia, kelangkaan ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor. Pertama adalah perang Rusia-Ukraina yang masih memanas. Padahal kedua negara tersebut, terutama Ukraina adalah pengeskpor kacang kedelai untuk dunia, termasuk Indonesia. Selain permintaan kedelai yang tinggi pun didorong peningkatan permintaan kedelai dari Tiongkok untuk memenuhi pakan ternak.

Hal ini masih ditambah dengan kelangkaan kontainer yang telah berlangsung sejak awal tahun lalu, sehingga membuat arus perdagangan dunia tidak lancar. “Sebenarnya untuk kelangkaan kontainer hanya antre sewa kontainer yang lama. Tetapi perang di Ukraina membuat pasokannya berkurang,” papar dia. Namun dia memastukan pasokan untuk kedelai di Kalbar aman. “Harganya memang naik, tetapi pasokan kita sementara ini aman,” imbuh dia.

Sebagai imbas tingginya harga bahan baku kacang kedelai membuat para produsen tempe di Pontianak harus memutar otak. Salah satu caranya dengan memperkecil atau mengurangi bobot produknya. “Kami tidak mau menaikkan harga kepada pembeli. jadi caranya dengan mengurangi berat tempe saja,” sebut Sumarno, salah seorang produsen tempe.

Menurutnyam saat normal bobot tempel 400 gram. Namun saat ini ketika kondisi bahan baku naik signifikan diturunkan menjadi hanya 350an gram per potong. “Tidak terlalu banyak pengurangannya. Tetapi bisa mengurangi kerugian,” ungkap dia. Menurutnya, kelak, ketika harga kedelai kembali normal, pihaknya juga akan menyesuaikan kembali berat produknya.

“Kalau kita naikkan harga agak sedikit berat. Jadi kami lebih memilih mengurangi bobot tempe saja. Kita berharap kondisi ini segera berlalu sehingga aktivitas usaha dan harga di tengah masyarakat terus normal dengan bobot normal pula,” kata dia. Robi Maulana, perajin tempe Super Azaki Sintan mengaku terpaksa memangkas ukuran tempe guna menyiasati hal ini.

“Menurunkan berat timbangan contohnya ukuran 250 gram menjadi 230 gram. Ini masih dengan harga yang sama. Kalau di Sintang harganya Rp3.500-4.000,” sebutnya.

Dirinya meminta masyarakat untuk memaklumi ukuran tempe yang semakin tipis. Sebagai perajin, dia tak punya pilihan selain mengecilkan ukuran tempe agar masyarakat tak merasakan kenaikan harga secara langsung. Tetapi ke depan, bisa jadi harga tempe akan dinaikkan apabila harga kedelai terus menunjukkan tren peningkatan dan jika seluruh perajin kompak menaikkan harga.

Sementara itu, sejumlah pedagang dan pengusaha tahu di Kota Singkawang menyatakan kenaikan harga kedelai impor, yang mencapai Rp600.000 per karung isi 50 kilogram, telah berdampak pada usahanya.

“Sebelumnya satu karung ada yang Rp512 ribu atau di bawah harga Rp600 ribu,” kata Nardi, pedagang toko sembako saat ditemui di Singkawang, Kalbar, Minggu. Ia mengatakan kenaikan harga kacang kedelai ini berdampak pada pengurangan jumlah tahu yang dijualnya kepada konsumen. “Sebelumnya, satu plastik tahu ada enam potong, sekarang jadi lima potong per plastik,” ucapnya.

Sementara itu, Bujang, pedagang sayur, juga mengatakan pihaknya mengurangi pasokan tahu dari biasanya memasok 200 bungkus, tetapi sekarang 100 bungkus saja. “Konsumen sekarang sepi, biasanya 125 bungkus per hari terjual, sekarang sekitar 50 saja yang terjual,” ujarnya. Harga satu bungkus tahu dijualnya Rp5.000.

Sedangkan, pengusaha tahu, Dede Heriyadi mengaku dirinya menyiasati kenaikan harga kedelai dengan memperkecil ukuran tahunya.

“Tanpa mengurangi kualitas tahu yang dibuat, kami memperkecil ukurannya dan mengurangi jumlahnya,” kata pemilik Usaha Tahu Muslim Singkawang tersebut. Dia mengaku dalam pembuatan tahu tidak bisa menggunakan kedelai lokal karena ukuran dan kualitas yang berbeda, sehingga dirinya menggunakan kedelai impor.

“Setiap karungnya mencapai Rp600 ribu, kalau dulu kita dapat Rp300 ribu sampai Rp400 ribu per karung,” ujarnya. Ia juga menyebutkan pada tahun ini kenaikan harga kedelai menjadi yang tertinggi, karena biasanya hanya naik ratusan rupiah saja per kilogramnya, sekarang mencapai ribuan rupiah per kilogram.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Balap Liar Mulai Resahkan Warga Sukadana

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB

Pj Gubernur Kalbar Sidak Pegawai Usai Libur Lebaran

Selasa, 16 April 2024 | 09:12 WIB

Warga Ngabang Keluhkan Tarif PDAM Naik Drastis

Senin, 15 April 2024 | 14:30 WIB

Polres Sintang Cegah Praktik Kecurangan di SPBU

Selasa, 9 April 2024 | 09:27 WIB

Ismail Jadi Pj Bupati Mempawah, Gantikan Herlina

Minggu, 7 April 2024 | 11:15 WIB
X