Peluh bercucuran di badan. Napasnya mulai tersengal karena seluruh tubuh dari kepala hingga kaki tertutup kostum. Keberadaan badut jalanan seolah menjadi fenomena baru di Kota Pontianak, khususnya pada masa pandemi Covid-19.
Arief Nugroho, Pontianak
KETIKA matahari mulai redup di sore hari, Mardian (30) mengenakan kostum badut Boboiboy. Ia ditemani putrinya yang masih berusia tujuh tahun. Sang putri juga mengenakan kostum badut. Mereka beraksi di perempatan Jalan Gusti Hamzah atau Jalan Pancasila, Pontianak. Mardian bukan warga asli Pontianak. Ia bersama putrinya datang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sejak dua bulan lalu.
Pekerjaan sebagai badut jalanan sudah ia lakoni sejak beberapa bulan terakhir, setelah tidak lagi memiliki pekerjaan tetap. Ia kemudian memutuskan untuk mengadu nasib di Pontianak.
“Saya coba-coba saja ke sini, karena di Banjarmasin tidak ada lagi pekerjaan,” katanya saat ditemui Pontianak Post, Senin (31/1), sore di sela-sela aktivitasnya. Sebelum menjadi badut, Mardian mengaku sempat bekerja sebagai buruh bangunan di Banjarmasin. Namun, karena pandemi Covid, ia pun akhirnya alih profesi sebagai badut jalanan, dan merantau ke Pontianak.
Mardian terpaksa membawa serta putri bungsunya bekerja karena tidak ada yang mengasuh. “Kalau saya tinggal di kost sendiri juga kasihan,” beber Mardian.
Selama di Pontianak, ia tinggal di indekos di sekitar Jalan Pancasila. Dalam sehari, Madian bisa membawa pulang uang kurang lebih Rp150 ribu. “Kadang-kadang Rp150 ribu. Kadang juga lebih,” katanya.
Profesi serupa juga dilakoni Hendro alias Een, warga Pontianak. Bedanya, Een tidak mengenakan kostum badut pada umumnya yang menggunakan tata rias lucu atau kostum boneka. Ia lebih memilih menggunakan kostum robot Bumblebee.
Bumblebee adalah salah satu figur robot yang bisa berubah bentuk menjadi mobil dalam film animasi Transformers. Selepas waktu Ashar, Een berangkat dari rumah membawa tas besar berisi kostum. Ia lalu mengganti pakaiannya dengan kostum robot. Mulai dari kaki, badan, tangan, penutup kepala hingga wajah.
Seperti biasa, ia mangkal di pinggir Jalan Sutan Syahrir, tepatnya di depan Kompleks Rumah Adat Melayu, Pontianak. Dengan membawa keranjang yang sudah dimodifikasi, ia mulai beraksi. Gerakannya mirip robot sungguhan. Sesekali ia menyapa pengguna jalan, pengendara motor maupun pengendara mobil.
Een juga tidak segan manakala diajak berfoto bersama, terutama oleh anak-anak. Ia selalu melayani dengan ramah. Ia pun tak jarang mengajak berjabat tangan hingga mencium tangan orang yang mengajaknya berfoto.