Belakangan ini keberadaan pengemis di Pasar Sungai Pinyuh semakin marak dan meresahkan. Mereka kerap keluar masuk ke toko dan warung untuk meminta-minta uang dan mengharapkan belas kasihan. Warga dan pedagang berharap instansi terkait melakukan pembinaan dan penertiban.
“Beberapa waktu belakangan ini, semakin marak dan cukup ramai pengemis di Pasar Sungai Pinyuh ini. Mereka meminta-minta ke warung kopi, rumah makan dan lainnya. Dalam sehari bisa 3 – 4 kali mereka datang di satu toko,” kata warga Sungai Pinyuh, Benhur, Minggu (9/1) di Sungai Pinyuh.
Menurut Benhur, keberadaan pengemis itu mengganggu kenyamanan pedagang dan pengunjung. Terlebih, para pengemis ini, dinilai dia, terkesan kumuh hingga membuat suasana tidak nyaman.
“Mereka memang tidak memaksa untuk meminta uang, tetapi kehadirannya sangat mengganggu dan membuat suasana menjadi tidak nyaman bagi pengunjung dan pedagang di Pasar Sungai Pinyuh,” tegasnya.
Secara fisik para pengemis tersebut dinilainya masih mampu bekerja dan mencari uang. Terlebih, dalam pandangan dia, para pengemis tersebut tidak mengalami cacat atau kekurangan fisik.
“Kalau yang mengemis itu cacat fisik seperti buta, tidak ada tangan atau kaki mungkin masih bisa kita maklumi. Karena, mereka terpaksa mengemis untuk mencari makan. Tetapi mereka yang mengemis ini fisiknya masih baik dan mampu bekerja serta usia tidak terlalu renta,” cecarnya.
Karena itu, dia minta agar Pemerintah Kabupaten Mempawah melalui instansi terkait segera turun kelapangan dan melakukan penertiban. Sehingga, keberadaan pengemis di Pasar Sungai Pinyuh, diharapkan dia, bisa dibina dengan baik.
“Kita minta agar permasalahan ini menjadi perhatian instansi terkait. Perlu segera ditangani dan ditertibkan. Karena, bisa saja para pengemis ini hanya modus sekelompok orang untuk mendapatkan uang. Padahal, kenyataannya perekonomian mereka masih mampu,” tandasnya.
Senada itu, Pemilik Toko di Pasar Sungai Pinyuh, Edi mengaku sangat resah dengan maraknya pengemis. Terlebih, dia menilai para pengemis dimaksud bukan merupakan warga lokal di Sungai Pinyuh.
“Kita tidak kenal yang mengemis ini warga dari mana. Yang pasti bukan warga Sungai Pinyuh,” pendapatnya.
Edi menuturkan, para pengemis kerap datang dan meminta-minta kepada para pengunjung yang sedang menikmati makanan dan minuman di tokonya. Situasi itu, menurut dia, menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengunjung.
“Biasanya tamu sedang makan atau minum, mereka datang mengemis sehingga mengganggu suasana. Mereka sih tidak memaksa, namun kehadirannya cukup sering membuat resah dan mengganggu aktifitas pedagang maupun pengunjung,” singkatnya. (wah)