Harga Cabai di Kalbar Naik, Ini Penyebabnya

- Kamis, 9 Desember 2021 | 10:43 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Harga cabai rawit di Kalimantan Barat merangkak naik sejak beberapa hari terakhir hingga menyentuh Rp120 ribu tiap kilogramnya. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalbar Heronimus Hero mengatakan kenaikan harga cabai dipengaruhi menurunnya suplai, terutama dari cabai rawit lokal. Penyebabnya adalah curah hujan serta banjir yang melanda sejumlah daerah di provinsi ini.

“Kalau bicara kenaikan harga juga sangat masuk akal karena pasokan berkurang akibat banjir dan hukum pasar juga berlaku dalam hal seperti itu. Harga cabai yang naik itu biasanya cabai yang masih memiliki kualitas baik dan segar. Namun untuk itu semua kami akan memantau dan melakukan upaya bagaimana harga cabai tetap terkendali, mulai dari pasokan dan harga di tingkat konsumen,” ujar Heronimus.

Di Pontianak, harga cabai rawit segar memang tembus angka Rp120 ribu per kilogram. Sementara bila sedang banjir suplai, harga si pedas ini hanya Rp35.000 per kilogramnya. “Cabai rawit yang masih baru Rp.120.000 per kilogram, yang sudah agak layu Rp90.000 per kilogram. Sementara untuk harga cabai kering mencapai Rp50.000 per kilogram dan cabai keriting Rp40.000 per kilogram,” ujar Hayan seorang penjual cabai di Pasar Flamboyan. 

Sementara itu, curah hujan tinggi dan banjir membuat Kalimantan Barat mengalami inflasi selama November 2021 sebesar 0,23 persen. Sementara Kabupaten Sintang yang mengalami banjir sepanjang bulan lalu, menyumbang angka inflasi tertinggi secara nasional sebesar 2,01 persen.

Kendati demikian, bulan lalu harga cabai rawit sendiri belum masih ke dalam 10 besar komoditas penyumbang inflasi. Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada November 2021 adalah: minyak goreng, telur ayam ras, kacang panjang, bahan bakar rumah tangga, cumi-cumi, kangkung, ketimun, rokok kretek filter, bioskop, dan beras. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga pada November 2021 adalah: daging ayam ras, mobil, sawi hijau, bayam, jeruk, tomat, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, ayam hidup, apel, dan cabai merah kering.

Sementara berdasarkan pengelompokkan barang, inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada tujuh kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami peningkatan indeks berturut-turut dari yang tertinggi yaitu kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,74 persen; kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,44 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,41 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,38 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,28 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,18 persen; serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen.

Sedangkan, kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok transportasi sebesar 0,29 persen. Sementara itu, kelompok pakaian dan alas kaki; kelompok pendidikan; dan kelompok kesehatan mengalami perubahan indeks yang sangat kecil sehingga tidak memberikan andil yang signifikan terhadap inflasi. Tingkat inflasi tahun kalender sampai dengan November 2021 sebesar 1,07 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2021 terhadap November 2020) sebesar 1,49 persen. (ars) 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Dua Desa di Kabupaten Kapuas Hulu Dilanda Gempa

Kamis, 21 Maret 2024 | 22:06 WIB
X