ANCUR DAH..!! Sepanjang 2021 Kalbar Sudah 40 Kali Dihantam Banjir

- Selasa, 2 November 2021 | 11:14 WIB
MAIN AIR: Anak-anak bermain di lokasi banjir di Kecamatan Tayan Hilir, Sanggau, Minggu (31/10). Banjir merendam lima kabupaten di Kalimantan Barat pada akhir Oktober ini. (Shando Safela/ Pontianak Post)
MAIN AIR: Anak-anak bermain di lokasi banjir di Kecamatan Tayan Hilir, Sanggau, Minggu (31/10). Banjir merendam lima kabupaten di Kalimantan Barat pada akhir Oktober ini. (Shando Safela/ Pontianak Post)

Banjir tak henti menghantam sejumlah wilayah di Kalimantan Barat. Sepanjang 2021, dari Januari hingga oktober, sudah puluhan kali bencana banjir melanda wilayah hulu Kalimantan Barat. Banjir terparah terjadi pada akhir Oktober ini. Sudah lebih sepekan lima kabupaten yakni Sintang, Sekadau, Kapuas Hulu, Melawi, dan Sanggau dihantam banjir.

Ribuan rumah terendam, puluhan ribu warga terkena dampaknya. Tak sedikit warga yang harus diungsikan ke lokasi aman. Selain merendam permukiman, banjir juga merusak fasilitas umum, seperti, jembatan, sekolah, tempat ibadah dan sarana lainnya. Karena sekolah terendam, kegiatan belajar mengajar dihentikan. Anak-anak sekolah diliburkan.

Kepada Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Barat, Novel mengatakan, sepanjang Januari hingga September 2021, lebih dari 40 kejadian banjir yang terjadi sejumlah kabupaten di Kalimantan Barat. 

-

PONTIANAK – Banjir tak henti menghantam sejumlah wilayah di Kalimantan Barat. Sepanjang 2021, dari Januari hingga oktober, sudah puluhan kali bencana banjir melanda wilayah hulu Kalimantan Barat. Banjir terparah terjadi pada akhir Oktober ini. Sudah lebih sepekan lima kabupaten yakni Sintang, Sekadau, Kapuas Hulu, Melawi, dan Sanggau dihantam banjir.

Ribuan rumah terendam, puluhan ribu warga terkena dampaknya. Tak sedikit warga yang harus diungsikan ke lokasi aman. Selain merendam permukiman, banjir juga merusak fasilitas umum, seperti, jembatan, sekolah, tempat ibadah dan sarana lainnya. Karena sekolah terendam, kegiatan belajar mengajar dihentikan. Anak-anak sekolah diliburkan.

Kepada Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Barat, Novel mengatakan, sepanjang Januari hingga September 2021, lebih dari 40 kejadian banjir yang terjadi sejumlah kabupaten di Kalimantan Barat. Januari 2021 misalnya, banjir terjadi di tujuh kabupaten, yakni Sanggau, Landak, Bengkayang, Sambas, Kubu Raya, Kayong Utara dan Ketapang.

Februari 2021, banjir kembali terjadi di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Sanggau, Bengkayang, dan Singkawang. Sedangkan di bulan berikutnya, Maret 2021, banjir melanda sedikitnya dua kabupaten, yaitu Sekadau dan Kapuas Hulu.

Pada April 2021, banjir terjadi di Sekadau. Bulan berikutnya, Mei 2021 terjadi banjir di tiga kabupaten, yakni Kapuas Hulu, Sambas dan Sanggau. “Bulan Juni 2021, banjir terjadi di Kapuas Hulu,” katanya.

Sedangkan pada Juli 2021, banjir merendam sedikitnya sembilan  kabupaten, yakni Kapuas Hulu (delapan kecamatan), Landak (dua kecamatan), Kayong Utara (empat kecamatan), Melawi (dua kecamatan), Sintang (dua kecamatan), Ketapang (satu kecamatan), Mempawah (lima kecamatan), dan Bengkayang (tiga kecamatan).

Pada Agustus 2021, banjir merendam dua kabupaten, yakni Kapuas Hulu (tiga kecamatan), dengan 1.355 keluarga atau 3.025 jiwa yang terdampak, dan Sanggau, yakni satu kecamatan dengan  29 KK. Sementara pada September 2021, banjir merendam tiga kabupaten, di antaranya Ketapang (enam kecamatan), Melawi (enam kecamatan), dan Sintang (satu kecamatan). “Bulan Oktober ini, setidaknya ada lima kabupaten yang terendam,” bebernya. 

Akademisi Universitas Tanjungpura Pontianak, Kiki Prio Utomo mengatakan, bencana banjir yang terjadi di Kalbar saat ini diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu intensitas hujan yang meningkat dan daya dukung lingkungan yang tidak memadai.

Namun demikian, kata Kiki, lebih tepat jika disebut perubahan pada rezim hidrologi akibat perubahan pada permukaan lahan di suatu tempat.

Dikatakan Kiki, yang menjadi tantangan saat ini adalah, banyak pihak hanya melihat banjir sebagai peristiwa biasa dan kemudian melupakannya dengan cepat. Saat terjadi bencana, kata Kiki, pemerintah sebatas memberikan pertolongan saat kejadian, namun tidak berpikir bagaimana menghadapi bencana saat belum terjadi.

Contoh, lanjut Kiki, fenomena La Nina. Yakni peristiwa alam yang akan berulang dan akan terdampak. Maka yang diperlukan adalah melihat ke belakang sejenak, mengumpulkan data, membuat analisis, gunakan hasilnya untuk meningkatkan kesiapan menghadapi bencana.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Balap Liar Mulai Resahkan Warga Sukadana

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB

Pj Gubernur Kalbar Sidak Pegawai Usai Libur Lebaran

Selasa, 16 April 2024 | 09:12 WIB

Warga Ngabang Keluhkan Tarif PDAM Naik Drastis

Senin, 15 April 2024 | 14:30 WIB

Polres Sintang Cegah Praktik Kecurangan di SPBU

Selasa, 9 April 2024 | 09:27 WIB

Ismail Jadi Pj Bupati Mempawah, Gantikan Herlina

Minggu, 7 April 2024 | 11:15 WIB
X