Curiga Ada Hal Tak Wajar, Keluarga Bongkar Makam Apin

- Selasa, 26 Oktober 2021 | 13:53 WIB
BONGKAR: Makam Api dibongkar untuk proses otopsi.ISTIMEWA
BONGKAR: Makam Api dibongkar untuk proses otopsi.ISTIMEWA

Sebuah makam di Jalan Kenangan, RT 15/RW 07, Desa Kuala Secapah, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah dibongkar, Senin (25/10) pagi. Pembongkaran tersebut untuk kepentingan otopsi tim Dokkes Polda Kalbar dan Polres Sanggau. Jenazah yang diotopsi bernama Hendrikus Hendra alias Apin (43) warga Dusun Empaong, RT 02/RW 01, Kelurahan Embala, Kecamatan Parindu, Kabupaten Sanggau. Korban diketahui meninggal dunia pada Selasa (12/10) lalu sekitar pukul 07.00 di kediamannya.

Oleh keluarganya, jenazah korban dibawa ke Mempawah dan dikebumikan pada Kamis (14/10) di pemakaman tionghoa di Jalan Kenangan, RT 15/RW 07, Desa Kuala Secapah, Kecamatan Mempawah Hilir. 

Proses otopsi yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB itu berlangsung hingga 2 jam. Setelah kuburan dibongkar, jenazah diangkat dilakukan otopsi di lokasi makam. Secara keseluruhan, proses otopsi berjalan lancar dengan pengawalan ketat personil Polres Mempawah.

Adik korban, Santi An’nisa yang turut mengikuti proses otopsi mengungkapkan dirinya yang melaporkan kasus tersebut ke Mapolres Sanggau dengan LP nomor : LP.B/287/X/2021. Alasannya, dia mencurigai kematian saudara kandungnya itu secara tak wajar. “Setelah 3 hari usai dimakamkan, saya melihat foto-foto dan rekaman kamera CCTV ada kejanggalan pada tubuh abang (korban). Misalnya, ada bekas lilitan tali di leher, hidung berdarah, memar dan bekas lebam di tangan,” kata Santi kepada wartawan. 

“Dan mayat abang saya dipakaikan masker. Dengan dalih ada bakteri. Aneh sekali, mayat abang saya dikasi masker,” cecarnya.

Karena itu, Santi yang bermukim di Graha Kalimas 2 blok C15, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat itu membulatkan tekadnya untuk membuat laporan polisi. Sebab, dia meyakini abangnya meninggal dengan cara tak wajar.

“Saya tidak menuduh siapapun. Dilakukan otopsi ini untuk mengungkap penyebab kematian abang. Jika memang meninggal dunia dengan cara yang baik, tidak mungkin meninggalkan bekas-bekas mencurigakan,” tegasnya. Sejak awal, Santi mengaku sudah menyarankan agar keluarganya melapor ke polisi dan membawa mayat korban ke rumah sakit untuk visum. Namun, keluarga korban menolak dengan alasan meninggal dunia dalam kondisi tidur hingga tidak ada hal yang dipermasalahkan.

“Sejak 30 menit setelah mengetahui abang meninggal, saya sudah suruh anaknya untuk melapor ke polisi. Tapi keluarga mereka menolak dengan alasan meninggal sedang tidur,” tuturnya. Bahkan, lanjut Santi yang membuat dirinya semakin kesal ketika dihalang-halangi untuk pulang ke Mempawah agar melihat langsung jenazah abangnya sebelum dikebumikan.

“Saya mau pulang ke Mempawah, namun dihalang-halangi agar tidak melihat jenazah abang. Dengan alasan adat bahwa jenazah harus segera dimakamkan dan tidak bisa menunggu terlalu lama. Sehingga, saya pun tidak bisa melihat abang untuk terakhir kali,” sesalnya. Karenanya, dia berharap melalui proses otopsi tersebut dapat mengungkap fakta penyebab kematian korban. Sehingga, pihak keluarga mendapatkan jawaban atas berbagai kejanggalan dan kecurigaan yang ditemukan di tubuh korban.

“Jika memang ditemukan bukti abang saya meninggal dengan cara tidak wajar maka harus diusut tuntas siapa pelakunya. Ini nyawa manusia bukan kucing,” pungkasnya.(wah)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Dua Desa di Kabupaten Kapuas Hulu Dilanda Gempa

Kamis, 21 Maret 2024 | 22:06 WIB
X