Di Kalbar, Dua Kapal Jadi Tempat Isolasi Terapung

- Rabu, 25 Agustus 2021 | 12:17 WIB
ISOTER: Kapal milik Pelni KM Bukit Raya yang biasa beroperasi di Kalbar, untuk sementara digunakan sebagai fasilitas isoter terapung di Medan, Sumatera Utara. PELNI FOR PONTIANAK POST
ISOTER: Kapal milik Pelni KM Bukit Raya yang biasa beroperasi di Kalbar, untuk sementara digunakan sebagai fasilitas isoter terapung di Medan, Sumatera Utara. PELNI FOR PONTIANAK POST

Diberitakan pontianakpost.co.id, dua Kapal milik Pelni yang sehari-hari melayani masyarakat di Kalimantan Barat (Kalbar) disulap menjadi tempat isolasi terpusat (Isoter) terapung. Dua kapal tersebut yakni KM Bukit Raya dan KM Lawit. Kapal-kapal ini telah dimanfaatkan untuk penanganan pandemi Covid-19 di Medan, Sumatera Utara dan Bandar Lampung, Lampung.

Kepala Operasi PT. Pelni (Persero) Pontianak Mulyadi mengatakan digunakannya kapal Pelni sebagai fasilitas isoter, merupakan bagian dari upaya Pelni membantu penanganan pandemi Covid-19. Selain itu sampai saat ini memang sedang berlangsung pemberlakuan penghentian operasional sementara kapal.

Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalbar yang melakukan pembatasan kapal penumpang berlabuh atau bersandar, untuk mengurangi mobilitas masyarakat selama masa PPKM. Kebijakan itu berlaku sejak 7 Juli hingga 5 September 2021.  “Makanya dua kapal Pelni yang sehari-hari melayani Kalbar yakni Bukit Raya dan Lawit kami kirim ke pemerintah daerah lain untuk menjadi tempat isolasi terapung,” terangnya, Selasa (24/8).

Ia mengungkapkan kebijakan memperbantukan kapal untuk menjadi tempat isolasi terapung juga dalam upaya menghindari kerusakan kapal. Pasalnya jika kapal tidak beroperasi dalam waktu yang cukup lama, akan rentan terjadi kerusakan. Misalnya baling-baling yang bisa ditempeli tiram laut dan akhirnya mengganggu performa kapal. “Makanya kami berusaha, Pemda mana yang membutuhkan, akhirnya kami kirim ke Medan dan Bandar Lampung,” tambahnya.

-

Mulyadi menjelaskan setelah dilakukan ujicoba di Makassar beberapa waktu lalu, isolasi terapung cukup efektif untuk membantu pemulihan pasien Covid-19. Jika di darat, pasien OTG rata-rata membutuhkan waktu sekitar dua mingguan untuk sembuh. Sementara dengan isolasi terapung, hanya dibutuhkan waktu satu minggu.

“Hal tersebut mungkin karena di lautan lebih segar dengan pemandangan yang indah dan kegiatan yang bermanfaat. Di samping itu, di laut pasien bisa menghirup udara yang mengandung garam,” katanya. Dikatakannya, dalam program isolasi terapung ini, Pelni hanya menyediakan sarana prasarana.  Untuk tenaga medis dikerjasamakan dengan gugus tugas Covid-19 daerah setempat. Termasuk juga untuk kebutuhan makan selama di kapal juga dipersiapkan dari darat. “Saat ini dua kapal tersebut masih digunakan untuk menjadi tempat isolasi terapung di Medan dan Bandar Lampung,” pungkasnya.(bar)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Dua Desa di Kabupaten Kapuas Hulu Dilanda Gempa

Kamis, 21 Maret 2024 | 22:06 WIB
X