Sedapnya...!! Dirawat Alami, Ngga Pakai Pupuk Kimia, Durian Tetap Berbuah Lebat

- Kamis, 29 Juli 2021 | 12:24 WIB
PANEN : Wak Madon, pemilik kebun durian dari Desa Punggur Kecil. Dua bulan terakhir ia sibuk memanen durian di kebunnya yang kini berusia hampir 40 tahun. SITI/PONTIANAK POST
PANEN : Wak Madon, pemilik kebun durian dari Desa Punggur Kecil. Dua bulan terakhir ia sibuk memanen durian di kebunnya yang kini berusia hampir 40 tahun. SITI/PONTIANAK POST

Sebagian pemilik kebun durian di Desa Punggur Kecil, Sungai Kakap, Kubu Raya mewarisi kebun peninggalan orangtua. Sebagian lain menanam di kala muda hingga menikmati hasil. Bagaimana kisah mereka?

SITI SULBIYAH, Sungai Kakap

Usianya sudah 76 tahun. Namun begitu, Madon Kadir masih aktif mengawasi kebun durian miliknya. Terlebih di musim panen ini. Waktu baginya untuk memanen hasil kerja yang telah dirintis sejak puluhan tahun lalu itu. “(Pohon durian) nanam sendiri, rawat sendiri,” ucap Madon kepada Pontianak Post

Wak Haji Madon sapaan akrabnya. Ia dikenal sebagai salah satu juragan durian di Desa Punggur Kecil, salah satu sentra durian di Kalimantan Barat. Saat muda, ia sengaja membeli lahan untuk menanam durian dan langsat. Tahun 1970 dibelinya lahan seluas 157×360 meter.

Lahan yang dibelinya itu adalah lahan gambut. Lahan yang bertekstur basah, lembek, dan lunak itu, sebenarnya tidak cocok untuk menanam buah durian yang memerlukan tanah yang padat. Karena itulah, untuk memadatkan tanah, ia bercocok tanam dengan tanaman pangan terlebih dahulu.

“Tahun 1970 itu nanam jagung. Ada juga ubi kayu dan padi. Tahun 1982 baru nanam durian dan langsat. 12 tahun itu baru tanahnya bisa ditanam (durian),” tuturnya.

Wak Haji Madon bukan lulusan sarjana perguruan tinggi. Tapi ia tahu ilmunya. Sebelum menanam, dicarinya bibit terbaik dari buah durian yang rasanya enak. Informasi ia kumpulkan. “Dengar ada orang bilang ada durian yang rasanya enak, saya beli bibitnya,” tuturnya. Rencana memang harus diperhitungkan secara matang. Sebab pohon durian bukan pohon yang bisa dipanen dalam waktu dekat. “Tujuh tahun durian baru berbuah,” sebutnya.

-

 

Kebun milik Wak Haji Madon juga beberapa kali dikunjungi oleh akademisi dan mahasiswa yang hendak melakukan penelitian. Mereka kadang heran, sebab kebun tersebut dirawat tanpa menggunakan pupuk kimia. Ia hanya memanfaatkan daun-daun kering yang gugur sebagai pupuk alami. Meski begitu, tanamannya tumbuh subur dan berbuah banyak.

Saat ini, masa panen durian telah tiba. Sudah berjalan selama sekitar dua bulan. Masa puncak panen juga sudah lewat. Karena itu jumlah buah agak berkurang. “Kalau kemarin bisa 400-500 buah per hari. Kalau sekarang sudah buah ujung, 100an buah saja,” katanya

Pemilik kebun durian lainnya adalah M Saleh. Ia mewarisi kebun sang kakek. Usia kebun sudah lebih dari 60 tahun. Lelaki berusia 40 tahun itu sudah membantu sejak masih di bangku sekolah dasar.

Kebun durian sudah karib baginya. Saat musim panen, Saleh kecil menghabiskan waktu di kebun. Ia memanen buah durian yang jatuh, menjaga pohon durian di malam hari agar tak dicuri, menjaga agar lahan tetap mendapat suplai air, hingga mengangkut hasil durian.

Kini pria yang tinggal di Jalan Pelita 3, Desa Punggur Kecil itu mengelola sendiri kebun durian warisan tersebut. Meski sudah berusia lebih dari 60 tahun, pohonnya masih berbuah banyak. Walau ia tak menggunakan pupuk kimia. “Satu pohon sekali musim panen bisa 400-500 buah,” ucapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Balap Liar Mulai Resahkan Warga Sukadana

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB

Pj Gubernur Kalbar Sidak Pegawai Usai Libur Lebaran

Selasa, 16 April 2024 | 09:12 WIB

Warga Ngabang Keluhkan Tarif PDAM Naik Drastis

Senin, 15 April 2024 | 14:30 WIB

Polres Sintang Cegah Praktik Kecurangan di SPBU

Selasa, 9 April 2024 | 09:27 WIB

Ismail Jadi Pj Bupati Mempawah, Gantikan Herlina

Minggu, 7 April 2024 | 11:15 WIB
X