Kantor Bank pun Kian Sepi

- Senin, 5 Juli 2021 | 12:58 WIB

Kombinasi internet dan smartphone telah mengubah wajah dunia. Tak terkecuali di sektor keuangan. Saat ini hampir semua bank memiliki aplikasi yang dapat terpasang di smartphone para nasabahnya. Hal itu memungkinkan transaksi apapun dapat dilangsungkan di mana dan kapan saja. Belum lagi banjirnya aplikasi teknologi finansial (tekfin) nonbank yang juga menawarkan kemudahan transaksi. Termasuk produk kredit dengan bunga kompetitif untuk masyarakat.

ARISTONO EDY KISWANTO, Pontianak

PANDEMI Covid-19 turut mempercepat adaptasi masyarakat ke digitalisasi transaksi. Orang semakin jarang datang ke kantor bank. Bank CIMB Niaga misalnya, aktivitas transaksi yang biasanya dilakukan nasabah mereka di kantor cabang kini hampir seluruhnya dilakukan lewat digital.

“Hal ini terlihat dari besarnya penggunaan digital channel pada tahun lalu, yaitu lebih dari 95 persen transaksi finansial dilakukan melalui digital, terutama smartphone. Termasuk di Pontianak. Selain itu, dari sisi pertumbuhan pengguna digital channel juga terus meningkat, mencapai lebih dari 15 persen pertahun. Demikian juga untuk revenue dari digital sales meningkat dua kali secara tahunan,” ujar Head of Consumer Product, PT. Bank CIMB Niaga, Noviady Wahyudi kepada Pontianak Post, kemarin.

Lantas bagaimana nasib kantor cabang perbankan ke depannya. Menurut Noviady, disrupsi tekonologi untuk sektor perbankan memang tidak terelakkan. Namun kantor cabang perbankan diyakini dia, tetap dibutuhkan. Hanya saja jumlah dan fungsinya diperkirakan dia, tidak akan seperti sebelumnya.

“Tren yang ada saat ini adalah terjadi penurunan pertumbuhan kantor cabang perbankan. Mungkin ke depannya bisa saja bukan bertambah, tetapi malah berkurang,” ungkap dia.

Saat ini, lanjut dia, hampir seluruh aktivitas perbankan seperti membuat rekening, menabung, mengajukan pinjaman, investasi, dan lainnya sudah tersedia di m-banking. Namun, dia yakin, nasabah masih merasa perlu adanya kantor cabang. Terutama, dimisalkan dia, untuk beberapa transaksi yang melibatkan nominal besar dan perjanjian tertentu. Kantor cabang sendiri, menurut dia, akan menjadi pelengkap digital banking atau digital launch. Di mana lokasi dan ukuran kantor cabang diyakini dia tidak akan seperti dulu. “Untuk transaksi jenis itu, nasabah merasa lebih kredibel kalau dilakukan di kantor cabang,” ucapnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengonfirmasi, secara umum, banyak perbankan melakukan penutupan ribuan kantor cabang di daerah. Di sisi lain, penambahan ATM juga sudah kurang masif karena peningkatan transaksi secara elektronik.

“Dalam 8 tahun terakhir ribuan kantor bank sudah ditutup, pembukaan ATM juga turun karena banyak bank yang melakukan transaksi secara elektronik,” kata Deputi Komisioner OJK Institute dan Keuangan Digital OJK Sukarela Batunanggar.

Tak hanya transaksi transfer antarnasabah atau pembayaran cicilan kredit, kini untuk belanja ritel pun telah menjadi gaya hidup masyarakat. Bank Indonesia Kalimantan Barat juga mencatat peningkatan aktivitas transaksi digital di Kalbar yang meningkat. Bahkan transaksi ritel saat ini dinilai mereka sudah gaya hidup baru masyarakat. Apalagi BI telah meluncurkan QR Code Indonesian Standard (QRIS). Sistem QRIS mengintegrasikan transaksi dari berbagai penyedia layanan transaksi perbankan dan dompet digital lewat kode QR.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Kalbar Agus Chusaini menyebut, sejak adanya pandemi, kian banyak masyarakat yang terlibat di keuangan digital. Per-Maret 2021, sebut dia, tercatat sudah ada 70.533 merchant yang bergabung di Kalbar. Padahal, sebelum Covid-19 datang, pada Januari tahun lalu, menurut dia, hanya terdapat 25 ribu merchat yang tergabung.

Kendati demikian, kantor cabang perbankan maupun lembaga keuangan lainnya masih sangat dibutuhkan di sejumlah daerah di provinsi ini. Pasalnya, masih banyak daerah yang belum ada sinyal internet. Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kalbar, Alfian, mengungkapkan, di provinsi ini, dari 2.031 desa masih terdapat 252 desa yang belum memiliki jaringan internet sama sekali. Sementara itu, sebanyak 928 desa, diakui dia, masih memiliki yang sinyal atau jaringan masih lemah.

“Pemerintah Pusat dan daerah saat ini sedang berupaya untuk menghadirkan jaringan internet di seluruh desa. Sehingga kemudahan transaksi secara digital oleh masyarakat bisa terlaksana,” sebut dia. (*)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Erlina Optimis Mempawah Semakin Maju

Senin, 22 April 2024 | 09:15 WIB

Balap Liar Mulai Resahkan Warga Sukadana

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB

Pj Gubernur Kalbar Sidak Pegawai Usai Libur Lebaran

Selasa, 16 April 2024 | 09:12 WIB

Warga Ngabang Keluhkan Tarif PDAM Naik Drastis

Senin, 15 April 2024 | 14:30 WIB
X