Di Kalbar, Satu Lagi Nakes Gugur Akibat Covid-19

- Sabtu, 26 Juni 2021 | 22:43 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Satu lagi tenaga kesehatan (nakes) di UPT RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie, Kota Pontianak meninggal dunia akibat Covid-19. Nakes yang sehari-hari bertugas sebagai perawat itu meninggal pada Selasa (22/6), setelah sempat dirawat di ruang ICU.

“Saya menyampaikan rasa duka cita yang mendalam terhadap meninggalnya tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam pelayanan pasien yang terpapar virus corona,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat, Harisson, Jumat (25/6) dilansir pontianakpost.co.id.

Meninggalnya satu tenaga kesehatan ini menambah jumlah nakes yang menjadi korban Covid-19 di Kalbar menjadi empat orang. Menanggapi hal tersebut, Harisson menjelaskan, nakes dan tenaga penunjang yang berhubungan langsung dengan pelayanan pasien Covid-19,  sebenarnya sudah ada standar operasional prosedur (SOP). 

Semua itu diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes). “Kemudian dibuat lagi penjabaran dan SOP tentang pelaksanaannya baik oleh Kemenkes maupun oleh organisasi profesi masing-masing,” katanya.

Menurut Harisson setiap nakes dan manajemen Fasyankes sebenarnya telah memahami bagaimana pencegahan terhadap paparan infeksi. Dimana pencegahan terhadap infeksi dikenal dengan istilah kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi suatu infeksi.

Kewaspadaan standar antar lain, kebersihan tangan, penggunaan APD, dekontaminasi peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, pengelolaan limbah, penempatan pasien dan lain sebagainya. Sedangkan untuk kewaspadaan berdasarkan transmisi suatu penyakit antara lain melalui kontak, droplet, udara, makanan dan vektor misalnya lalat dan lain-lain.

“Pelaksanaan upaya perlindungan diri dari risiko infeksi virus atau bakteri dan lain lain ini harus diawasi oleh manajemen Fasyankes. Dan sebenarnya sudah ada sistem dalam pengawasan dan pengendalian infeksi ini di Fasyankes masing masing,” paparnya.

Ia mencontohkan untuk Puskesmas atau Fasyankes tingkat pertama (FKTP) tentu sudah dibentuk tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Sedangkan di RS ada Komite PPI. “Jadi sudah ada tim atau petugas yang mengawasi pelaksanaannya di Fasyankes,” ujarnya.

Meski demikian, lanjut dia ada banyak faktor yang menyebabkan pelaksanaan perlindungan diri pada nakes dari risiko terpapar infeksi menjadi tidak efektif. Diantaranya karena faktor kelelahan dan beban kerja yang tinggi sehubungan dengan meningkatnya jumlah pasien yang ditangani. “Salah satu faktor ini, misalnya karena kelelahan yang menyebabkan pelaksanaan secara ketat dan disiplin SOP perlindungan diri dari terpapar infeksi menjadi terabaikan,” terangnya.

Sedangkan untuk peralatan Alat Pelindung Diri (APD) sendiri Dinas Kesehatan dan RS dipastikan akan selalu menyediakannya. Tidak seperti di awal pandemi dimana APD cukup sulit didapat, saat ini semua sudah tercukupi. Seperti masker, sarung tangan, maupun baju hazmat. “Sekarang ini sudah banyak tersedia APD baik bantuan dari Kemenkes maupun yang disediakan oleh pemerintah daerah,” pungkasnya.

Seperti diketahui data per 24 Juni 2021, total kasus konfirmasi (positif) Covid-19 di Kalbar sudah mencapai 13.711 orang. Sementara untuk kasus aktif ada 993 orang atau 7,24 persen, kasus sembuh 12.502 orang atau 91,18 persen dan kasus meninggal 216 orang atau 1,57persen. (bar)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X