Mengenal Perpustakaan Jalanan Seponti, Tebar Semangat Membaca dengan Susuri Kampung

- Senin, 17 Mei 2021 | 12:58 WIB
MENCINTAI BUKU: Salah satu pegiat literasi dari Perpustakaan Jalanan Seponti (membelakangi lensa) bercerita tentang isi buku, demi menarik perhatian anak-anak agar memiliki keinginan untuk membaca. ISTIMEWA
MENCINTAI BUKU: Salah satu pegiat literasi dari Perpustakaan Jalanan Seponti (membelakangi lensa) bercerita tentang isi buku, demi menarik perhatian anak-anak agar memiliki keinginan untuk membaca. ISTIMEWA

Setiap 17 Mei, Indonesia memperingati Hari Buku Nasional. Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran membaca buku. Perpustakaan Jalanan Seponti turut mengambil peran mendekatkan masyarakat dengan buku. Mereka menyebarkan semangat membaca dari kampung ke kampung.

MARSITA RIANDINI, Pontianak

PEGIAT literasi yang tergabung dalam Perpustakaan Jalanan Seponti ini, membawa puluhan buku yang bisa dibaca masyarakat kampung, tempat mereka singgah. Nama Seponti diambil dari nama sebuah kecamatan di Kabupaten Kayong Utara. Sesuai namanya, perpustakaan jalanan ini bergerak di wilayah kecamatan tersebut.

Buku-buku disusun rapi di atas tanah yang sudah dialas kain.  Siapa saja bebas membacanya. Tua maupun muda, boleh duduk berlama-lama membaca buku yang disediakan. Membebaskan para pembaca untuk memilih jenis buku apa saja yang ada di perpustakaan itu. Sesekali komunitas ini juga menyasar ke lokasi ibu-ibu pengajian. Kadang juga mereka melapak buku di dalam ruangan sambil berdiskusi.

Om Perpus, begitu panggilan salah satu inisiator perpustakaan ini. Buku-buku yang mereka koleksi didapat dari sumbangan rekan-rekannya sesama inisiator dan pegiat literasi. Kemudian dari usai manggung, para pegiat musik ini menyisihkan uang untuk menambah koleksi buku. “Seiring berjalannya waktu dari kegiatan bermusik ada suntikan dana, ada donasi juga dari teman-teman,” jelasnya.

Buku pengembangan diri paling diminati pembaca dewasa, sedangkan anak-anak lebih tertarik dengan buku cerita. Menurut Om Perpus, terbentuknya perpustakaan ini salah satu cara untuk memaknai literasi secara luas. Membaca bisa di mana saja. Ruang membaca tidak harus dalam perpustakaan, di halaman pun orang bisa membaca. "Kami mencoba melakukan hal sederhana mengisi hari-hari dengan cara membangun perpustakaan ini,” paparnya.

Kegiatan melapak buku ini, kata dia, juga diisi dengan beragam kegiatan lain yang mampu menarik minat pembaca, terutama anak-anak. Misalnya menggambar, mewarnai, hingga berdiskusi. Tak jarang juga melakukan kegiatan menonton bareng dengan materi yang memotivasi.

Beragam tantangan dihadapi mereka. Pernah disangka teroris hingga penculi anak. Apalagi sasaran pembaca di lapangan sebagian besar anak-anak.  Ini menjadi pembelajaran bagi mereka untuk melakukan pendekatan yang tepat kepada masyarakat, agar keberadaan perpustakaan ini diterima. Mereka pun terus belajar mengemas kegiatan yang lebih mudah diterima masyarakat.

“Jadi ini bukan menjadi satu tantangan yang rumit,” katanya. (*) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X