Kisah dari Lembaga Konservasi Orangutan di Sintang

- Rabu, 10 Maret 2021 | 10:20 WIB
CEK KESEHATAN: Narto Adang dan Agus saat melakukan pengukuran badan individu orangutan bernama Gieke di pusat karantina Sintang, guna memantau perkembangan dan kesehatan Si Pongo. SINTANG ORANGUTAN CENTER FOR PONTIANAK POST
CEK KESEHATAN: Narto Adang dan Agus saat melakukan pengukuran badan individu orangutan bernama Gieke di pusat karantina Sintang, guna memantau perkembangan dan kesehatan Si Pongo. SINTANG ORANGUTAN CENTER FOR PONTIANAK POST

Si Pongo terancam karena pembukaan lahan, kebakaran hutan, perburuan dan konflik dengan manusia. Namun asa akan kelangsungan hidupnya terus dipelihara oleh orang-orang yang sadar dan peduli seperti para relawan di Sintang Orangutan Center (SOC).

Aris Munandar, Sintang

BAGI Narto Adang (34), mengabdi pada kelangsungan hidup orangutan adalah jalan penebusan dosanya pada alam. Karena, lelaki asal Desa Tontang, Serawai ini menyadari aktivitasnya dulu berkontribusi pada kerusakan hutan.

“Pernah kerja di perusahaan kayu. Di PETI juga pernah,” ujarnya sembari terkekeh mengingat begitu bertentangan apa yang dia kerjakan sebelum menjadi animal keeper di SOC. Kini dia dipercayakan sebagai Koordinator Animal Keeper di Pusat Karantina Sintang.

Adang sepenuhnya menyesali aktivitasnya dulu. Penyesalan itu muncul ketika ia merasa bahwa saat ini mencari makan di hutan sudah demikian susah. Buah-buah hutan sudah jarang. Memancing pun sulit dapat ikan. “Aku pikir itu tanda alam sudah rusak. Padahal orang tua kami bergantung hidup pada hutan. Hilangnya hutan mengurangi jalan hidup orang tua kami,” katanya.

Bagi Adang, hutan ialah sumber dari kehidupan. “Yang mana kita ketahui hutan tempat tumbuhnya pepohonan yang lebat. Tempat tersedianya stok makanan bagi hewan maupun manusia. Sumber dari udara yang bersih,” katanya.

Alasan Adang terjun mengabdikan diri pada kelangsungan hidup primata arboreal adalah karena hubungan si kera besar dan hutan sangat dekat. Keduanya saling membutuhkan dan saling memengaruhi.

Orangutan dikenal sebagai umbrella species atau spesies payung atau spesies yang dapat mendukung upaya konservasi spesies lain di hutan. Buah-buahan dan biji-bijian yang dimakan orangutan lalu dijatuhkan ke tanah (seed disperser) dapat berperan penting bagi regenerasi di hutan. Begitu pula sebaliknya. Hutan yang asri dapat menyediakan habitat yang nyaman dan makanan yang berlimpah bagi orangutan. Itulah kenapa Adang menyebut orangutan sebagai simbol dari hutan.

Saat perkebunan dan pertambangan serta penebangan liar sangat ekspansif menggerus hutan 20 tahun terakhir, satwa yang punya kedekatan genetik 97 persen dengan manusia ini juga terancam. Belum lagi perburuan, perdagangan dan konflik dengan manusia. Akibatnya, orangutan terancam kepunahan.

Merujuk pada analisis Population Habitat Viability Analysis (PHVA) tahun 2016, diperkirakan hanya tersisa 71.820 individu orangutan di Kalimantan dan Sumatera. Tentu sekarang angkanya sudah berubah. Orangutan masuk kategori kritis.

Kita patut bersyukur, ada Adang dan orang-orang yang berbuat untuk kelangsungan hidup orangutan. Juga SOC dan lembaga-lembaga serupa. Namun Adang mengakui, masyarakat yang memelihara orangutan dan enggan menyerahkan untuk direhabilitasi oleh SOC menjadi kendala konservasi orangutan di Sintang.

Sekolah Orangutan

 “Kita ingin mengembalikan orangutan yang telah dipelihara cukup lama ke sifat alaminya lagi,” ujar Maria Suhatri, Koordinator Edukasi dan Publikasi menjelaskan tujuan SOC. Namun dia mengaku ada yang masih salah interpretasi yang menganggap SOC adalah pusat penangkaran.

SOC ialah lembaga konservasi orangutan yang berdiri sejak tahun 2010 di bawah Yayasan Kobus. Tak lepas dari kepedulian Pastor Jacques Maessen, ketua yayasan tersebut. Agamawan yang dikenal sebagai penjaga budaya dan lingkungan hidup di Sintang.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Balap Liar Mulai Resahkan Warga Sukadana

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB

Pj Gubernur Kalbar Sidak Pegawai Usai Libur Lebaran

Selasa, 16 April 2024 | 09:12 WIB

Warga Ngabang Keluhkan Tarif PDAM Naik Drastis

Senin, 15 April 2024 | 14:30 WIB

Polres Sintang Cegah Praktik Kecurangan di SPBU

Selasa, 9 April 2024 | 09:27 WIB

Ismail Jadi Pj Bupati Mempawah, Gantikan Herlina

Minggu, 7 April 2024 | 11:15 WIB
X