Tenun Sidan Khas Kapus Hulu Terus Dikembangkan, Gandeng Desainer

- Minggu, 24 Januari 2021 | 10:29 WIB
Lismaryani Sutarmidji,
Lismaryani Sutarmidji,

Ketua Dekranasda Kalimantan Barat, Ny. Hj. Lismaryani Sutarmidji, mendorong tenun Sidan menjadi usaha utama di Kalimantan Barat. Untuk itu, Dekranasda Kalbar bekerja sama dengan desainer Didit Maulana mengembangkan tenun sidan menjadi kerajinan andalan sekaligus membantu perajin di Kapuas Hulu.

“Dalam kesempatan ini, saya bermaksud menindaklanjuti pesan dari ibu ketua Harian Dekranas, Ibu Tito Karnavian, perihal ketertarikannya pada tenun Sidan dan mendorong agar tenun tesebut dapat dikembangkan,” ujar Ny. Hj. Lismaryani kepada desainer Didit Maulana melalui konferensi video, Rabu (20/1). 

Tenun Sidan merupakan kerajinan khas masyarakat Kapuas Hulu. Motif dan pola kain sudah turun temurun dibuat oleh para perajin, serta memiliki makna filosofis sesuai khazanah suku Dayak Iban. “Ukuran kain tenun ini paling lebar 150×60 cm dengan warna cerah dan rata-rata warna primer,” jelas dia.

Lismaryani menjelaskan, dalam kerja sama pengembangan kerajinan tenun Sidan, Ketua Dekranasda Kapuas Hulu juga dilibatkan. Dengan demikian, segala informasi ketersediaan jumlah dan kualitas bahan, data perajin, sekaligus usia perajin yang diasumsikan dapat menerima pelatihan dari desainer dimaksud.

“Sesuai keterangan dari pengurus Dekranasda Kabupaten Kapuas Hulu, data perajin dari dua kecamatan, Kecamatan Puring Kencana sebanyak 88 orang dan Kecamatan Putussibau Utara sebanyak 11 orang,” paparnya.

Lebih lanjut Lismaryani menjelaskan, perajin tenun Sidan rata-rata dikerjakan oleh perempuan berlatar belakang petani. Usia mereka antara 40 sampai dengan 60 tahun. “Adapun usia di bawah itu masih langka,” tambahnya.

Lismaryani menjelaskah, jumlah produksi rata-rata 20 helai per tahun. Sampai saat ini, tenun Sidan belum menjadi usaha utama yang artinya jika tidak sedang berladang, para petani ini menenun. Dia menambahkan jika sedang musim panen, maka kegiatan menenun ini ditinggalkan.

Di sisi lain, desainer Didit Maulana mengatakan apabila daerah sudah menemukan semangat untuk menenun, maka permintaan dari berbagai perusahaan akan datang. Dia memiliki visi agar tenun Kalbar ini bisa menjadi primadona dan diapresiasi tidak hanya di Indonesia, akan tetapi juga dari luar negeri.

“Yang penting adalah data, agar kita bisa mengetahui apa yang dapat dilakukan terhadap perajin dan tenunnya. Yang terpenting adalah warna apa yang bisa menjadi ikon daerah,” tegas Didit.

Dikatakannya, ketakutan terhadap pemasaran adalah hal yang membuat perajin tidak mengutamakan pekerjaan menenun. Hal ini menjadi pekerjaan rumah, baik untuk Dekranasda Kabupaten Kapuas Hulu maupun Provinsi Kalimantan Barat. Oleh karenanya, hal ini harus dibenahi dari hulu ke hilirnya dengan memberikan semangat berupa pelatihan sampai ke persiapan platform penjualannya.

Mengenai domisili, Kabupaten Kapuas Hulu adalah kawasan perbukitan, sehingga lokasi perajin tenun Sidan memiliki jarak tempuh yang lumayan jauh dari ibu kota Kabupaten, yaitu Kota Putussibau. Waktu tempuh diperkirakan 4 sampai dengan 6 jam untuk sampai di kecamatan tersebut. Jarak tempuh ini juga dipengaruhi oleh kondisi jalan yang rusak, sehingga pemasaran tenun ini beragam.

“Ada yang langsung dijual perajin itu sendiri dan ada juga yang mengambil dalam jumlah banyak, pengepul. Ada juga yang online dan salah satunya dipasarkan oleh Dekranasda Kabupaten Kapuas Hulu sehingga penjualan tenun Sidan ini sampai ke luar (negeri),” pungkas Lismaryani. (r/*)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X