Kesedihan Mendalam di Bandara Supadio

- Minggu, 10 Januari 2021 | 13:10 WIB
MENANTI KABAR: Kerabat penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang hilang kontak mencari kabar di crisis center dan posko informasi di Bandara Supadio, Pontianak, Sabtu (9/1). HARYADI/PONTIANAKPOST
MENANTI KABAR: Kerabat penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang hilang kontak mencari kabar di crisis center dan posko informasi di Bandara Supadio, Pontianak, Sabtu (9/1). HARYADI/PONTIANAKPOST

Kesedihan meliputi Bandara Supadio Pontianak, Sabtu (9/1). Sejumlah anggota keluarga penumpang pesawat Sriwijaya SJ-182 tak kuasa menahan air mata setelah mendengar kabar pesawat itu jatuh di Kepulauan Seribu.

Salah satunya Yaman Zai.  Ia mengaku istri dan tiga anaknya berada di dalam pesawat Sriwijaya Air 182 tipe Boeing 737-500 tujuan Jakarta-Pontianak, Sabtu (9/1). Yaman Zai yang ditemui di pintu keluar Bandara International Supadio Pontianak hanya bisa menangis sembari memandangi gambar istrinya, Umbu Kristin Zai, dan tiga anaknya, Zurisya Zuar Zai, Arneta Fauzia dan Fao Nuntius Zai yang masih berusia kurang lebih 11 bulan.

“Ini anak saya yang bungsu. Lahir bulan Februari tahun lalu,” kata Yaman Zai, kepada Pontianak Post. Menurutnya, istri dan tiga anaknya itu harusnya tiba di Pontianak pukul 16.00 WIB di Bandara Internasional Supadio Pontianak. Namun, hingga menjelang magrib, tidak ada kabar kedatangan pesawat yang ditumpangi keluarganya itu.

“Saya ke sini ingin menjemput mereka. Tapi setelah hampir satu jam, belum ada kabar,” katanya.
Yaman Zai sendiri merupakan warga Nias, Provinsi Sumatera Utara. Ia bekerja di salah satu perusahaan di Pontianak. “Saya sudah satu tahun di sini. Rencananya keluarga saya mau menyusul,” jelasnya. Saat ini dia hanya bisa berharap keluarga dan penumpang lainnya bisa ditemukan.

Hal senada juga dialami Rustam, warga Pontianak. Rusdi dan keluarganya saat ini sedang menunggu kepastian dari pihak Angkasa Pura. Menurut Rustam, ada lima anggota keluarganya yang masuk dalam manifest pesawat tersebut.  Di antaranya Toni Ismail, Ratih Windania, Yumna Fanisyatuzahra, Rahmawati dan Athar Rizki Riawan.

“Mereka keluarga dari pihak istri saya,” katanya saat ditemui Pontianak Post. Menurut Rustam, seharusnya mereka tiba di Pontianak lebih awal. Karena ada kebijakan dari pemerintah soal Swab PCR Negatif, mereka memutuskan untuk menunda keberangkatan. “Dan baru hari ini mereka melakukan penerbangan,” katanya.

Pesawat Sriwijaya Air 182 dikabarkan jatuh di Kepualauan Seribu tak lama setelah lepas landas dari Bandara International Soekarno-Hatta. Saat ini puluhan kelurga korban berada di Gedung Serba Guna Graha Candra Dista Wiradi bersama puluhan keluarga penumpang yang lain. Mereka menunggu kabar dari pihak Angkasa Pura dan Pemerintah sehubungan kecelakaan pesawat itu.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pontianak berduka. Salah satu kader terbaiknya, yakni mantan Ketua Umum Pengurus Besar HMI, Mulyadi beserta istrinya, Makrufatul Yeti Srianingsih menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air182 tujuan Jakarta-Pontianak.

Sekretaris Umum MW KAHMI Kalimantan Barat, Kasiono, mengatakan,  pertama mendapat berita dan melihat manifest penumpang ternyata tercantum nama Mulyadi beserta istrinya.

Kasiono menjelaskan, informasi itu lalu disampaikan di grup WA Pengurus Majelis Wilayah dan Majelis Daerah KAHMI Kalbar. “Terasa sangat tidak percaya terhadap kejadian pesawat yang di tumpangi Mulyadi hilang kontak dan beritanya pesawat jatuh di Kepulauan Seribu. Di situlah hati saya bergetar, sedih karena 20 November 2020 yang lalu saya termasuk yang dipercaya menjadi panitia resepsi pernikahannya,” kata Kasiono.

Dia menuturkan, sebagai anak transmigrasi yang menjadi Ketua Umum PB HMI periode 2015-2017, ia termasuk bangga karena ada aktivis HMI dari Kalimantan Barat bisa memuncaki kepemimpinan organisasi terbesar di indonesia.

“Tentu saya dan keluarga besar HMI kehilangan pada sosok yang santun dan berintegritas itu,” ucapnya. Kasiono menyatakan, kepastian nama Mulyadi beserta istri sudah didapat dari berbagai informasi salah satunya dari manifest pesawat.

Sementara itu, daftar penumpang SJ-182 yang diduga jatuh di perairan Kepulauan Seribu, beredar luas di media sosial. Ada sejumlah nama diduga merupakan warga Ketapang. Di antaranya pegawai di Dinas Perumahan, Permukiman Penduduk dan Lingkungan Hidup (Perkim LH) Ketapang, Razanah dan suaminya, Beben Sopian, serta Rizki Wahyudi dari Balai Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).

Kepala Dinas Perkim LH Ketapang, Dennery, mengaku masih belum mendapatkan informasi pasti terkait nama-nama yang ada di dalam pesawat. Namun, berdasarkan daftar penumpang Sriwijaya Air yang beredar luas di media sosial, diakuinya memang benar ada nama Razanah, yang merupakah pegawai di Dinas Perkim LH Ketapang.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Dua Desa di Kabupaten Kapuas Hulu Dilanda Gempa

Kamis, 21 Maret 2024 | 22:06 WIB
X