Gubernur Pastikan Proyek Tahun Jamak Berlanjut

- Senin, 4 Januari 2021 | 12:25 WIB
PENINJAUAN: Gubernur Kalbar Sutarmidji saat mendampingi Sekjen Kemenkes RI Oscar Primadi saat meninjau perkembangan pembangunan gedung baru serta pelayanan RSUD Dr Soedarso Pontianak, Oktober 2020 lalu. PAGE FACEBOOK ADPIM KALBAR
PENINJAUAN: Gubernur Kalbar Sutarmidji saat mendampingi Sekjen Kemenkes RI Oscar Primadi saat meninjau perkembangan pembangunan gedung baru serta pelayanan RSUD Dr Soedarso Pontianak, Oktober 2020 lalu. PAGE FACEBOOK ADPIM KALBAR

PONTIANAK – Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji memastikan proyek pembangunan secara tahun jamak (multiyears) yang sudah berjalan di tahun 2020 tetap berlanjut di tahun 2021. Ia berharap semua rencana pembangunan bisa berjalan sesuai rencana meski kondisi Covid-19 masih perlu penanggulangan yang intensif.

Orang nomor satu di Kalbar itu menyebut sejumlah proyek di antaranya pembangunan RSUD Soedarso, Asrama Haji, SMAN 11 Kota Pontianak, dan lain sebagainya. Awalnya Midji, sapaan akrabnya ingin meninjau langsung beberapa proyek pembangunan di daerah-daerah. Namun karena kondisi penyebaran Covid-19 masih cukup tinggi, rencana tersebut terpaksa diurungkannya. “Akhirnya saya (meninjau) ke sekitar sini saja (Pontianak, Red). Saya pastikan SMAN 4 lanjut, SMAN 11 harus lanjut, Soedarso lanjut,” kata mantan Wali Kota Pontianak tersebut.

Sementara itu, untuk penanganan Covid-19, Satgas dipastikan terus berupaya menekan angka penyebaran. Bahkan ia mewacanakan agar mulai tahun ini bisa dibentuk Satuan Tugas (Satgas) Penaggulangan Covid-19 hingga tingat Rukun Tetangga (RT) se-Kalbar. Selain itu, ke depan penilaian hasil laboratorium RT-PCR dipastikan dia, akan menentukan setiap orang yang dinyatakan positif Covid-19.

Midji menjelaskan, penanganan seseorang akan dilihat dari hasil tes usap (swab). Jika nilai cycle threshold (CT) menunjukkan angka 35 ke atas, atau sampai 39 bahkan 40, maka dipastikan dia negatif. Jika pun ditemukan virus, maka jumlahnya, menurut dia, sangat sedikit. “Tapi itu harus isolasi mandiri. Isolasi mandiri ke depan harus ada Satgas RT/RW itu akan kami bentuk nanti bersama TNI/Polri,” ungkapnya.

Dengan dibentuknya Satgas tingkat RT/RW diharapkan dia penanggulangan Covid-19 bisa lebih optimal. Jika ada warga yang positif Covid-19 dan melaksanakan isolasi mandiri, maka diharapkan dia bisa benar-benar diawasi. “Jangan sampai berkeliaran ke sana ke mari, menularkan ke yang lain,” katanya.

Selanjutnya mengenai hasil lab seseorang, kalau misalnya ditemukan nilai CT antara 25 – 35, tidak ada penyakit bawaan dan merupakan anak muda tanpa gejala, maka disarankan dia agar melakukan isolasi mandiri. Mereka juga diperkenankan dia melakukan isolasi di tempat yang disiapkan pemerintah. Sedangkan yang nilai CT-nya 25 – 15, diwajibkan dia atau harus diisolasi di tempat yang disiapkan oleh pemerintah. Sementara yang angka CT di bawah 15, ia memastikan harus dirawat di rumah sakit (RS). Yang bersangkutan diperkirakan dia sudah ada gejala. Dengan nilai CT di bawah 15, diakui dia, jarang ditemukan pasien tanpa gejala. “CT rendah itu bukan berarti baik, malah jumlah kandungan virus (viral load) dalam tubuhnya tinggi,” ungkapnya.

Mereka yang nilai CT-nya rendah, setelah dirawat di RS, beberapa waktu kemudian, dipastikan dia, akan kembali dites usap. Dari sana, menurut dia, akan dilihat lagi hasilnya. Jika angka CT meningkat dan kandungan virus sudah turun, maka pasien tersebut, menurut dia, bisa dipindah di fasilitas isolasi milik pemerintah. Dengan demikian, harapan dia, pasien positif Covid-19 tidak semuanya menumpuk di RS.

“Jadi tidak sampai sembuh di RS, bisa saja awalnya dia masuk (kandungan virus) jutaan viral load-nya, kemudian setelah 10 hari di RS, di-swab ternyata tinggal ribuan (kandungan virus), ya kami pindah ke Upelkes,” pungkasnya. (bar)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Polres Landak Fokus Pencegahan Aktivitas PETI

Rabu, 24 April 2024 | 11:30 WIB

Erlina Optimis Mempawah Semakin Maju

Senin, 22 April 2024 | 09:15 WIB
X