Pemkot Pontianak Kesulitan Melacak Kluster, Ini Sebabnya

- Rabu, 7 Oktober 2020 | 11:02 WIB
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono

PONTIANAK-Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan cukup sulit melihat asal muasal kluster pandemi covid 19 saat ini. Pasalnya penyebaran covid 19 kini sudah semakin banyak. “Perkembangan kasus Covid-19 di Kota Pontianak saat ini terdapat 63 orang yang masih menjalani isolasi. Beberapa kasus berasal dari tenaga kesehatan, klaster keluarga dan perkantoran,” ungkap Edi Rusdi Kamtono, (5/10).

Diberitakan pontianakpost.co.id, penanganan pandemi covid 19 di Kota Pontianak kini semakin sulit untuk melihat klusternya. Pasalnya temuan kasus positif covid sudah semakin banyak. Sehingga ketika ditanya kluster, ia menyatakan agak sulit mencari muasal virus ini. Sebagai contoh lanjut Edi, jika seorang suami yang bekerja sebagai dokter terpapar covid 19. Di rumah ia miliki istri seorang guru yang ikut terpapar covid. Besar kemungkinan jika sang istri juga bisa menularkan ke lingkungan tempat ia mengajar.

Oleh karena itu, kluster saat ini sudah masuk pada tahapan transmisi lokal. Semakin sulit untuk melacaknya. Dirinya meminta masyarakat untuk menjaga imunitas. Kemudian mentaati penerapan protokol kesehatan.

Dirinya menyampaikan pemerintah Provinsi Kalimantan Barat akan membantu Kota Pontianak dalam pengadaan alat PCR. Sehingga pemerintah Kota Pontianak tengah mempersiapkan laboratoriumnya. Dengan alat tersebut bisa mentracking masyarakat dan hasil yang cepat. “Kita bisa memutus klaster penyebaran, ketika makin banyak sembuh akan bagus,” katanya.

Sebelumnya Anggota DPRD Kota Pontianak Mujiono telah meminta pemerintah membeli mobil Polymerase Chain Reaction (PCR) sebagai langkah percepatan uji usap (swab) yang dilakukan ditataran masyarakat. Hasil tes uji usap yang berlarut menjadi dasar pemerintah harus miliki mobil PCR.

“Saya melihat hasil uji usap yang dilakukan saat ini membutuhkan waktu dua hari bahkan seminggu. Dalam rentang waktu itu, masyarakat yang di uji usap dibuat tak tentu dan timbul kekhawatiran karena mesti menunggu hasil tes tersebut,” terang Mujiono. Dengan memiliki mobil PCR, ia meyakini proses uji usap yang dilakukan Pemerintah Kota Pontianak akan semakin cepat. Seperti saat ini, uji usap dilakukan di laboratorium milik Rumah Sakit Untan.

Penggunaannya se Kalbar. Sehingga hasil uji usap mesti menunggu berhari-hari. Akan lebih baik apabila Pemkot Pontianak miliki mobil PCR sendiri.Pengoperasiannya bisa dilakukan mobile. Sehingga dapat menjangkau ke wilayah yang ditemukan kasus covidnya. Seperti di Kabupaten Sintang diketahui dia, miliki satu mobil PCR yang mereka beli dengan harga sekitar Rp 5 miliar. Tapi lanjutnya, dari informasi untuk satu unit mobil PCR sudah tidak semahal saat baru-baru dikeluarkan.

“Mungkin satu unit mobil PCR sekarang dihargai Rp 1 milliar. Kita bisa membeli dengan menggunakan anggaran penanganan covid,” ungkapnya. Mujiono melanjutkan, untuk anggaran covid dari Rp 100 miliar baru terpakai Rp 40 an miliar. Jika Rp 2 miliar nya dipakai buat membeli dua unit mobil PCR, ia rasa Pemkot Pontianak masih mampu. Lagi pula mobil PCR tersebut penggunaannya juga buat menangani covid 19.(iza)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Beratnya Akses Pendidikan Anak-Anak Tanjung Lokang

Senin, 18 Maret 2024 | 10:35 WIB

Harga Ayam Potong di Pasar Rakyat Landak Meroket

Kamis, 14 Maret 2024 | 13:19 WIB

Enam Wilayah di Kabupaten Sanggau Terendam Banjir

Kamis, 14 Maret 2024 | 11:00 WIB
X