PROKAL.CO,
Niat Pontianak Post untuk mengunjungi Bukit Kelam berakhir pada obrolan panjang bersama Hudori (65). Lelaki paruh baya itu bercerita tentang bagaimana ia merantau ke Sintang, membuka lahan di kaki bukit, dan memanfaatkan sumber air dari bukit itu untuk mengisi kolam-kolam ikan miliknya.
ARIS MUNANDAR, Sintang
Lelaki 65 tahun ini punya banyak hal untuk diceritakan tentang tanahnya yang seluas satu hektare di kaki Bukit Kelam. Bagaimana tidak, di sini ada berbagai macam usaha yang dilakukannya. Mulai dari budidaya ikan konsumsi dan ikan hias, berkebun sayuran, memelihara ayam dan kalkun. Ia juga pernah memelihara kerbau. Juga ada sarang burung walet yang baru setengah tahun berdiri.
Di areal itu kami berbincang. Tanah garapan Hudori dikelilingi kolam ikan. Ayam dan kalkun terlihat lalu lalang, dibarengi riuh rendah suara burung walet yang keluar dari pengeras suara.
Perjalanan 39 tahun merantau di Sintang menjadi semacam tiket untuk semua itu. Hudori adalah laki-laki asal pemalang yang ikut program transmigrasi ke Sepauk pada 1981. “Dua tahun ikut dalam binaan transmigrasi, saya gagal. Karena untuk pertanian, tanahnya gersang. Ditanami padi dan jagung, tidak bisa sampai panen,” ujarnya.