Jahe Terbaik dari Kalbar Dikirim ke Luar Daerah

- Sabtu, 3 Oktober 2020 | 10:51 WIB
TUMBUH SUBUR: Tanaman jahe yang dikembangkan petani di Mempawah. Istimewa
TUMBUH SUBUR: Tanaman jahe yang dikembangkan petani di Mempawah. Istimewa

MEMPAWAH– Kabupaten Mempawah merupakan satu dari tiga daerah sentra penghasil jahe di Kalimantan Barat. Bahkan, jahe yang dihasilkan petani di Mempawah disebut-sebut merupakan yang terbaik dengan kualitas super. Tak heran, permintaan jahe dari dalam maupun luar negeri terus meningkat. Salah seorang petani jahe di Desa Antibar, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Sukri Ahmad membenarkan permintaan jahe terus bertambah. Dia memperkirakan puluhan ton jahe tiap bulan dikirim dari Mempawah ke daerah luar.

“Kemarin, kami baru saja panen jahe sebanyak 7 ton. Jahe ini akan kita kirim ke wilayah Kramat Jati di Jakarta. Kalau pekan lalu, kita kirim 12 ton untuk tujuan yang sama di Jakarta,” terang Ahmad Sukri, belum lama ini di Mempawah. Ahmad Sukri mengatakan, permintaan pasar terhadap komoditi jahe cukup besar. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut dirinya melakukan beberapa kali pengiriman jahe dalam sepekan. Yakni pada Selasa, Rabu dan Minggu.

“Tujuannya ke Singkawang, Jakarta, Subang, Bekasi, Bangka Belitung, Kaltim, Makasar, Jawa, Jayapura hingga ke Malaysia,” sebutnya. Ahmad Sukri menjelaskan, ada tiga jenis jahe yang dikembangkan petani di Kalbar. Yakni, jahe gajah, jahe emprit (jahe putih) dan jahe merah. Namun, dia menyebut, kebanyakan petani menanam jahe gajah. “Di Kalbar yang paling banyak dikembangkan adalah jahe gajah. Walau pun jahe emprit harganya bisa menembus Rp 29 ribu/kg. Jahe merah juga ada tapi hanya sedikit,” tuturrnya.

Menurut dia, ada tiga daerah di Kalbar yang mengembangkan jahe gajah. Yakni, Kubu Raya, Mempawah dan Bengkayang. Namun, dia menyebut, jahe gajah yang dihasilkan petani di Mempawah dikenal memiliki kualias super hingga banyak disukai masyarakat untuk keperluan dapur maupun obat-obatan.  “Sebelum pandemi Covid-19, kita kirim ke Malaysia, Singkawang, Makasar, Jayapura, dengan harga Rp 28 ribu per kg. Saat ini, harga dari petani Rp 18 ribu per kg (belum cuci). Sedangkan harga standar termasuk mobilisasi Rp 23 ribu per kg, tapi kalau barang langka menembus Rp 30 ribu per kg,” paparnya.

Dengan harga pasaran yang cukup menggiurkan, sambung dia, tak heran para petani jahe di Mempawah dan sekitarnya mendapatkan pundi-pundi rupiah yang cukup besar. Bahkan, sekali panen para petani jahe bisa meraup pendapatan hingga ratusan juta rupiah. “Contohnya Pak Nauri, modal awal Rp 36 juta sudah termasuk pupuk, obat dan perawatan. Saya perkirakan hasil panennya bisa mencapai Rp 135 juta atau bahkan lebih. Begitu pun adik ipar saya, panen sudah panen sekitar 60% dari total lahan jahe dengan hasilnya Rp 80 juta,” ungkapnya.

Secara keseluruhan, dirinya mengamati prospek budidaya tanaman jahe di Kabupaten Mempawah cukup menjanjikan. Asalkan dikelola dengan tepat dan benar, dia optimis para petani akan mendapatkan hasil memuaskan. “Permintaan jahe dari pasaran lokal, nasional hingga luar negeri semakin bertambah. Tinggal bagaimana kita meningkatkan produksi agar dapat memenuhi kebutuhan pasar. Dengan catatan, kita tetap harus menjaga kualitas jahe yang dihasilkan,” tukasnya. (wah)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Polres Landak Fokus Pencegahan Aktivitas PETI

Rabu, 24 April 2024 | 11:30 WIB

Erlina Optimis Mempawah Semakin Maju

Senin, 22 April 2024 | 09:15 WIB

Balap Liar Mulai Resahkan Warga Sukadana

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB

Pj Gubernur Kalbar Sidak Pegawai Usai Libur Lebaran

Selasa, 16 April 2024 | 09:12 WIB

Warga Ngabang Keluhkan Tarif PDAM Naik Drastis

Senin, 15 April 2024 | 14:30 WIB
X