WALI Kota (Wako) Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengungkapkan bagaimana setiap tahun sekitar 200 – 300 guru pensiun. Hal itu membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak mengalami kekurangan tenaga guru.
“Hampir setiap tahun saya menandatangani pensiun para guru. Jumlahnya pun sekitar 200 – 300 guru,” ujarnya saat memberikan sambutan pada Konferensi Kota XI Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pontianak masa bakti 2015 – 2020 di Hotel Maestro, belum lama ini.
Diberitakan pontianakpost.co.id, dia mengatakan sementara setiap usulan yang diajukan ke Pemerintah Pusat, diakui dia, rerata yang dipenuhi hanya sekitar 40 hingga 50 persen saja. Padahal usulan mereka sesuai dengan analisis dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak. Hal ini, diungkapkan Wako, mengakibatkan kekurangan tenaga guru tidak pernah terpenuhi secara keseluruhan. Itulah sebabnya tenaga guru honorer menjadi salah satu jalan keluar mereka untuk mengatasi kekurangan tersebut.
“Ini suatu problem tersendiri yang menjadi pekerjaan rumah kita dalam menyelesaikan permasalahan kekurangan SDM tenaga pendidik,” ungkap Edi.
Di sisi lain, dirinya menilai honor yang diperoleh oleh guru honorer saat ini terbilang belum layak. Pemkot pun, diungkapkan dia, akan berupaya untuk mencari solusinya, agar kesejahteraan guru honorer lebih terjamin. Pihaknya akan mengkaji bersama Inspektorat dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk mencari solusinya. “Bagaimana formulasinya agar setidaknya meningkatkan honor bagi guru honorer,” ucapnya.
Diakuinya, permasalahan dunia pendidikan seperti kurangnya SDM guru menjadi pekerjaan rumah Pemkot. Namun permasalahan tersebut, menurutnya, tidak akan tuntas tanpa adanya campur tangan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Edi juga berharap dukungan dari PGRI sebagai wadah organisasi guru untuk melakukan kreativitas dan inovasi, dalam meningkatkan kompetensinya. Menurutnya, para guru sudah harus menguasai IT sebab pembelajaran yang dilakukan saat ini lebih banyak memanfaatkan perangkat IT. Program ke depan tentu ini menjadi dasar mereka bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan berdasarkan pengalaman selama menghadapi pandemi Covid-19. (iza)