Positif Covid-19 Kalbar Tembus 120, Hampir Seribu Orang Reaktif

- Senin, 11 Mei 2020 | 12:28 WIB
DEKATI SERIBU: Petugas medis mengambil sampel darah saat rapid test Covid-19. Dari hasil rapid test se-Kalbar hingga kemarin, sudah hampir seribu orang dinyatakan reaktif. HARITSAH ALMUDAT SIR/JAWA POS
DEKATI SERIBU: Petugas medis mengambil sampel darah saat rapid test Covid-19. Dari hasil rapid test se-Kalbar hingga kemarin, sudah hampir seribu orang dinyatakan reaktif. HARITSAH ALMUDAT SIR/JAWA POS

PONTIANAK – Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji mengumumkan perkembangan penanganan Covid-19 di provinsi ini. Dari pemeriksaan tes cepat (rapid test) se-Kalbar disebutkan telah tercatat sebanyak 841 orang yang hasilnya reaktif dan ada penambahan dua kasus konfirmasi (positif) Covid-19, Minggu (10/5).

Dengan demikian total kasus positif melalui pemeriksaan Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di provinsi ini telah mencapai 120 kasus. Selain itu, Sutarmidji yang juga ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalbar mengingatkan tingginya angka hasil rapid test yang reaktif. 

Angkanya kini hampir mencapai seribu orang dari total 18.120 alat rapid test yang disebar di seluruh kabupaten/kota se-Kalbar. “Saat ini di Kalbar hasil rapid test yang reaktif sudah mencapai 842 orang. Mereka ini menunggu hasil swab laboratorium (RT-PCR),” ungkap Midji, sapaan akrabnya, Minggu (10/5) malam.

Seperti diketahui, hasil rapid test reaktif belum bisa dipastikan seseorang positif Covid-19. Midji menjelaskan rapid test bukan diagnostik, tetapi sebagai screening atau seleksi dan memilah antara yang berpotensi atau yang tidak berpotensi terinfeksi karena ada keluhan klinis, resiko terpapar dan seterusnya. “Walau bukan diagnostik, pemeriksaan ini sangat membantu dalam memutus mata rantai penularan,” jelasnya.

Hasil reaktif pada rapid test mesti diikuti dengan pemeriksaan RT-PCR. Hal itu penting untuk menghindari stigmatisasi di tengah masyarakat kepada yang rapid test reaktif. Sementara hasil nonreaktif pada rapid test juga bukan berarti seseorang bebas Covid-19. Tes harus diulang kembali setelah 10 hari. Bila hasilnya tetap nonreaktif maka dinyatakan bebas dari Covid-19 dan bila reaktif tetap harus diikuti dengan pemeriksaan RT-PCR.

Rapid test itu untuk mengetahui antibodi seseorang. Kalau antibodinya bagus, virus bisa lemah. Rawannya kalau ada penyakit bawaan yang membuat antibodi tidak mampu melawan virus dan ini yang menyebabkan seseorang masuk kategori PDP (pasien dalam pengawasan),” terangnya.

Sementara jika dari awal seseorang sudah diketahui reaktif, antibodinya bisa diperkuat dengan asupan makanan dan vitamin. Dengan demikian,  virus yang ada bakal melemah atau kalah dengan antibodi yang ada di tubuh seseorang.

“Dan orang yang rapid test-nya reaktif harus diisolasi agar tidak menyebarkan virus ke orang lain. Rata-rata mereka yang PDP dan meninggal karena ada penyakit bawaan sehingga antibodinya tak mampu melawan virus,” katanya.

Pada intinya, baik yang reaktif maupun nonreaktif tetap harus melalui prosedur isolasi atau karantina diri, karena yang diperiksa adalah hanya mereka yang secara surveilans dianggap ada keterkaitan dengan Covid-19.

Maka dari itu, pemeriksaan rapid test secara masif penting untuk pemetaan dan sebagai langkah antisipasi pencegahan penularan Covid-19 lebih luas. Untuk daerah yang hasil rapid test reaktifnya sedikit, menurutnya bukan berarti kasus di daerah tersebut sedikit melainkan karena dinas kesehatan setempat belum maksimal melaksanakan rapid test di masyarakat.

Hal tersebut terlihat dari jumlah ketersediaan alat rapid test di daerah bersangkutan yang masih cukup banyak. Midji mengatakan, daerah yang hasil rapid rest reaktif tinggi seperti Kota Pontianak, Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu memang benar-benar memanfaatkan tes cepat tersebut secara maksimal.

Kota Pontianak dengan total 10.100 pcs alat rapid test yang didistribusikan telah digunakan hampir sembilan ribu dengan sisa sekitar 1.728 pcs. Hasil yang reaktif mencapai 284 orang. Lalu untuk Kabupaten Sintang, dari 1.180 pcs alat rapid rest yang didistribusikan, telah digunakan seluruhnya dan hasil yang reaktif mencapai 184 orang.

Sementara Kabupaten Kapuas Hulu dari 420 pcs juga telah digunakan seluruhnya dan hasil yang reaktif mencapai 158 orang. “Mereka (Pontianak, Sintang, Kapuas Hulu) bisa duluan menurunkan kasus, karena bisa mengawasi orang yang sudah terjangkit atau belum,” ungkapnya.

Midji juga menambahkan, jika ada kasus Orang Tanpa Gejala (OTG) dan yang bersangkutan tidak melakukan rapid test, akibatnya akan terjadi penularan yang tak terkontrol. “Kalau dia OTG dan tidak rapid test, lalu dia ketemu keluarga, teman dan lain-lain, di saat itulah kami akan kewalahan karena yang bersangkutan menyebarkan virus. Semua tergantung Anda (masyarakat). Gugus tugas sudah maksimal,” ujarnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X