"Yang berangkat di-cancel ada 19 penerbangan, delay enam, (pesawat) kedatangan ada 18 yang cancel, yang delay 7, itu termasuk lima drivet (dialihkan ke bandara terdekat), hari ini yang paling parah,” beber Andri Pelani, juga Plt, OIC Bandara Internasional Supadio.
“Sebelumnya pernah delay, tetapi hanya beberapa menit saja," tuturnya menarik nafas, dan menyambung, "Untuk jarak pandang hingga pukul 15.32 WIB di runway 15, sudah mencapai 2300 meter, dan runway 33 jarak pandang sudah di angka 2400 meter". Dengan kondisi jarak pandang kembali normal, semua aktivitas penerbangan di Bandara pun kembali normal.
Ranti, penumpang tujuan Jakarta, kesal dengan kondisi cuaca akibat ulah manusia tersebut. Gegara asap, ia batal terbang ke Jakarta. Padahal, ia punya agenda penting. Yang menyangkut karirnya. "Saya hari ini harusnya mengikuti training di Jakarta. Tapi batal. Karena pesawat tak bisa terbang, akibat asap ini," sesalnya.
Pesawatnya dijadwalkan take off pukul 11.30 WIB, yang saat itu jarak pandang hanya 500 meter. Lantas cancel atau batal. Akibatnya, Ranti menganggap pemerintah lamban menangani Karhutla sehingga kebakaran meluas. Asap semakin tebal dan akhirnya mengganggu penerbangan. "Tiap tahun selalu begitu, pemerintah lamban menanganinya," pungkasnya.
Presiden saat kunjungan kerja ke Pontianak meminta Gubernur Sutarmidji cepat menangani Karhutla jangan sampai ganggu penerbangan dan perekonomian. Namun cuaca dan fenomena alam tak berpihak kepada Kalbar.
"Saya sudah sampaikan ke Pak Gubernur, jangan sampai kebakaran lahan menggangu aktivitas ekonomi dan penerbangan," kata Jokowi diwawancarai wartawan usai membagikan sertifikat tanah di rumah Radank, Pontianak, belum lama ini.