“Menteri LHK mengatakan 4 perusahaan dari negera Malaysia dan Singapura itu yakni PT Hutan Ketapang Industri asal Singapura di Ketapang, PT Sime Indo Agro asal Malaysia di Sanggau, PT Sukses Karya Sawit asal Malaysia di ketapang, dan PT Rafi Kamajaya Abadi di Melawi ini yang disegel. Itu yang di Kalbar. Jadi Pemerintah Malaysia protes ke Indonesia mengatakan kita yang menyebabkan kabut asap. Padahal perusahaan Malaysia yang berada di Indonesia yang memproduksi asap itu,” kata Syaparuddin.
Lahan gambut yang baru-baru ini terbakar, kata Syaparuddin, terjadi di Desa Batu Banta dan Belongsat. Yakni lahan plasma masyarakat di wilayah PT SDK.
“Kebakaran di Batu Nanta itu luasnya sekitar 1,5 haktar saja, terjadi 3 hari yang Lalu, dan saat hujan turun kemarin api ya sudah padam. Kemudian kemarin di Belongsat, cukup luas kebakarannya dan belum bisa diperkirakan berapa haktar. Saat ini Satgas Gabungan Karhutla masih stanby di sana untuk memadamkan api,” paparnya.
Syafaruddin mengatakan, Satgas Gabungan Karhutla yang di SK kan sejak Maret lalu, sudah semaksimal mungkin menjalankan tugas. Namun, karena kasus kebakaran yang sangat banyak, merasa cukup kewalahan.
“Di luar ada nada sumbang yang mengatakan kami tidak bekerja maksimal. Bukan kami tidak bekerja maksimal, kami sudah bekerja keras, namun karena banyaknya kebakaran yang terjadi tahun ini, terlebih di lahan gambut, membuat kami jadi kewalahan. Namun begitu kami masih tetap menjalankan tugas dengan maksimal,” pungkasnya. (Ira)