Biasanya hasil tangkapan nelayan dibiarkan busuk begitu saja karena tidak bisa disimpan. Bila nelayan menggunakan es batu untuk mengawetkan ikan, biayanya justru lebih mahal daripada harga ikan itu sendiri. “Bersyukur sejak akses jalan dibangun, ikan bisa cepat dijual ke luar,” katanya.
Kini banyak pembeli atau pengepul yang bisa datang langsung ke Temajuk untuk membeli ikan. Bahkan sebelum nelayan merapat ke pinggir pantai, pembeli sudah ramai mengantre untuk membeli ikannya. Kondisi tersebut dinilai telah meningkatkan kesejahteraan para nelayan.
Selain nelayan, para petani atau pekebun juga tertolong dengan adanya akses jalan. Pekebun pisang contohnya. Di masa lalu, hasil panen pisang tidak mampu dijual secara maksimal. Tak jarang pisang yang sudah masak hanya dibiarkan membusuk di atas pohonnya, tidak dipanen. “Tidak ada yang membeli atau menampung. Kalaupun ada, pastinya tidak banyak,” sebut Pandri.
Sekarang kondisinya sudah bertolak belakang dengan yang dulu. Petani pisang di Desa Temajuk kini justru kebanjiran pembeli. Mereka kesulitan mencukupi permintaan dari pihak luar. Malah ada kalanya warga desa tidak kebagian hasil panen pisang karena sudah banyak yang dipesan dari luar.
“Bila harus diingat-ingat kejadian di masa lalu, banyak warga yang masih trauma naik sepeda motor menyusuri pantai. Rintangan dan perjuangannya begitu berat. Warga harus tidur atau menginap di pinggir pantai karena kendaraannya rusak,” tutur Pandri.
Bisa dikatakan, kini taraf hidup warga Desa Temajuk telah jauh meningkat sejak terbukanya akses jalan. Pelayanan pendidikan, kesehatan dan listrik yang memadai sudah mereka nikmati. Meski kondisi jalan belum sepenuhnya beraspal, warga sudah sangat bersyukur. Mimpi mereka untuk lepas dari keterisolasian telah terwujud. (her/yad)