SABTU (8/7) lalu, Pontianak dilanda hujan dan angin kencang. Akibatnya, tujuh rumah di Pontianak roboh. “Saya sedang masak, tidak tahu apa-apa, tiba-tiba bagian depan rumah roboh,” tutur Misnawati ketika didatangi Rakyat Kalbar, Minggu (9/7) siang.
Ya, kakak beradik Melina dan Misnawati, sekitar pukul 18.50, saat itu asik mengolah bahan baku makanan di dapur kediaman mereka, Jalan Kurnia Gg. Ilahi 2, RT 04/ RW 14, Kecamatan Pontianak Selatan, tiba-tiba angin merobohkan rumah tersebut hingga luluh lantak.
Saat itu, berserta keluarganya, ia sedang bersantap siang di rumah mereka yang cuma tersisa beberapa bagian dinding. Tembok itupun sudah miring. Syok di wajah Misnawati masih tersisa ketika bercerita kejadian di malam sebelumnya.
Selain Misnawati dan Melina, korban lainnya adalah M. Abdul Sholeh (40), warga Gg. Damai 6. Lukanya harus dirawat intensif. Lima jahitan terlihat di dagu Sholeh. Istrinya, Romlah (39), mengalami benjolan sebesar kepalan orang dewasa pada bagian kening.
Sholeh bercerita, sekitar pukul 18:00 baru tiba di rumah. Pulang dari bekerja di pasar. Hujan sedang lebat-lebatnya, ia sempat mandi untuk makan malam. “Setelah makan, saya cuci tangan di dapur, istri saya lagi menggoreng telur, anak saya juga ada di dapur," tuturnya.
Tak dinyana, angin sontak datang menghantam dapurnya yang berdinding batako. Tembok bergoyang hingga roboh menimpanya. "Saya dan istri waktu itu tersungkur, saya bangun lalu melangkahi istri untuk mengambil anak yang kelas 6 SD, baru saye angkat istri saye," papar Sholeh.
Tak sadar ada luka, ia keluar rumah lalu mandi membersihkan badan yang kotor terkena pasir batako. Baru terasa ada lukanya sakit karena melihat bajunya berlumur darah. Sholeh pun kemudian dibawa Rumah Sakit Pontianak.
Terpisah, kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pontianak, Aswin Taufik memaparkan, bangunan-bangunan yang tertimpa bencana tersebut semuanya rumah warga di jalan Bina Jaya berlainan gang (lihat grafis). Ia meminta masyarakat mewaspadai tanda-tanda sebelum terjadinya puting beliung.
"Antara lain, udara terasa panas dan gerah, awan cepat terjadi pertumbuhan dan tiba-tiba gelap, kemudian angin dingin mulai berhembus kencang, disertai kilat dan petir," ujarnya, Miinggu (9/7) malam.
Jika terjadi tanda-tanda tersebut, upaya yang perlu dilakukan antara lain melakukan penguatan terhadap bangunan dan memperkuat ikatan atap rumah yang tidak permanen, seperti atap asbes atau seng. "Apabila terjadi angin ribut, bagi warga yang berada di dalam maupun di luar rumah diharapkan mematikan aliran listrik serta elektronik lainnya, dan menutup jendela serta pintu," pinta Aswin.
Bagi warga yang pada saat kejadian sedang berada di luar rumah, ia meminta mengantisipasi dengan segera mencari bangunan yang kokoh. Dan, lanjutnya, ketika terasa ada petir yang akan menyambar, hendaknya segera membungkuk dengan cara memeluk lutut ke dada menghindari sambaran petir.
“Hindari lah bangunan yang tinggi seperti tiang listrik, papan reklame, pohon dan sebagainya, serta jangan tiarap di atas tanah, karena hal tersebut bisa mengakibatkan kelainan pada organ jantung apabila terjadi gemuruh petir," pungkasnya. (Maulidi Murni, Fikri Akbar/rk)